Minggu, 12 November 2017

Green Kampus


Pemandangan jalanan Teaching Lab Institut Pertanian Bogor
           Green kampus! sebuah kata yang mempunyai makna sangat berharga, jika dilakukan dengan bijak dan professional. Green kampus merupakan sebuah program untuk menciptakan kampus yang hijau dengan dikelilingi banyak pepohonan dan tidak ada polusi dari kendaraan, sampah atau yang lainnya. Program ini sangatlah penting sehingga banyak dari kampus-kampus lain juga yang menginginkan program ini terlaksana. Alasan adanya program ini adalah dengan terciptanya kampus hijau maka keseimbangan alam akan tetap terjaga dan dampak bagi kampus tersebut adalah semakin indah, sejuk, napas terjaga dan proses kegiatan di dalam kampus pun tambah tenang dan fokus. Itulah tujuan umum yang diinginkan sebuah lembaga kampus dari program Green kampus.
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu contoh dari sebagian kampus yang menginginkan terciptanya kampus hijau. Berbagai teknis program telah dilakukan seperti membuat tempat sampah dan taman yang semenarik mungkin dan lain lainnya. Baru ini, IPB mengadakan sebuah kebijakan untuk menuju Green Kampus. Kebijakan itu mulai dari pemberlakuan sepeda, mobil listrik, bus kampus, dan pengurangan kendaraan bermotor. Akan tetapi, kebijakan yang dikeluarkan pun tidaklah sejalan dengan harapan sebagian besar warga Institut Pertanian Bogor. Banyak yang harus dibenahi dan diperbaiki dari kebijakan ini, supaya sesuai dengan harapan penuh yang terlaksana lebih baik bagi seluruh warga IPB.
Green Kampus bukan hanya sebuah nama kampus yang terlihat bagus dan terlihat ‘keren’, melainkan sebuah cita-cita yang dijunjung tinggi untuk menciptakan keharmonisan, keindahan, kerapihan, kebersihan, ketentraman, dan kenyamanan untuk warga internal dan eksternal kampus. Namun, semua itu masih berada diangan-angan. Sebuah harapan tak sesuai dengan kenyataan. IPB mengeluarkan kebijakan yang sangat baik tetapi dengan cara yang kurang tepat. Misalnya, membuat portal disetiap pertigaan jalan dengan melarang kendaraan roda dua berkeliaran di lingkungan IPB.  Kebijakan itu sudah baik tetapi ada sedikit penyimpangan dari kebijakan tersebut, yaitu mobil pribadi dibiarkan beroperasi disamping kendaraan roda dua tidak diperbolehkan beroperasi. Hal tersebut akan membuat sebuah kontroversi antar strata, kaum bawah dan kaum atas dalam hal ini yang mempunyai kendaraan motor dan mobil pribadi.
Warga yang memakai kendaraan roda dua ini akan merasa kurang adil dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh atasan, begitu pula sebaliknya. Itulah yang akan menjadikan salah satu tujuan penting Green Kampus luntur, yaitu keharmonisan antar warga kampus IPB menurun. Jika kebijakan Green Kampus ingin terlaksana dengan lebih baik, atasan (dalam hal ini yang membuat kebijakan) harus melihat dengan pandangan atau sudut objektif lebih mantap lagi sebelum kebijakan itu dilaksanakan. Kebijakan (program) bukanlah sebuah hal yang dimusyawarahkan kemudian selesai dan ditinggalkan dengan mengabaikan hasil, tetapi kebijakan adalah sebuah amanah yang dimusyawarahkan kemudian berjalan dan selesai dengan hasil yang lebih baik dan adil secara merata.

Jumat, 11 Agustus 2017

Kisah Jumpa dari Sang Pencipta



           Bismillahirrahmaanirrahiim
           Ketika rasa mata menjadi rasa di dalam hati. Merubah semua tujuan hidup ini. Apakah ini sebuah nikmat Allah SWT? Apakah ini adalah untukku? Apakah ini hanya nafsu belaka? Atau ini adalah sebuah anugerah untukku? Sebuah pintu yang akan meningkatkan keimananku. Semoga saja ini adalah benar-benar anugerah dari Allah. Jika dulu aku suka memprediksikan sebuah kejadian dan 70% selalu benar dengan berbagai analisis, sekarang aku belum sanggup untuk memprediksikan keadaan saat ini.
            Acara itu membuat kegiatan akademikku harus aku tinggalkan selama 9 hari di kota nan jauh disana. Bingung dan dilema menyelimuti hidupku ini. Akan tetapi, mau tidak mau tiket sudah dibeli dengan harga yang cukup tinggi. Jika dibelikan buat makan, itu cukup untuk dua minggu. Akhirnya aku pergi meninggalkan kota beriman itu dan menuju kota tugu buaya hiu. Bersama 8 orang sahabatku aku meluncur menuju negeri itu. Negeri yang akan mencoba merubah hidupku.
            Singkat cerita. Kali ini aku tidak akan menceritakan kisah dari awal di Surabaya sampai akhir acara tetapi aku akan menceritakan kejadian yang sangat berharga dan tidak akan pernah ku lupakan, yaitu munculnya seorang ciptaan Allah yang istimewa. Entah kenapa, pertama kujumpa dengan dia terasa ada yang berbeda. Padahal di IPB juga ada yang seperti dia, tetapi entah apa yang aku rasakan. Apakah ini adalah biasan hawa nafsu? Atau apakah ini adalah rahmat dari Allah aku dipertemukan dengan dia?. Aku tak mampu menatap lama mata itu. Sesekali aku hanya memerhatikan tiap 6 detik dari 1,2 meter jarak aku duduk saat di kereta.
            Melihat kembali pada diri ini setelah aku melihat dia setiap hari di kota itu. Aku merasa masih perlu ada yang diperbaiki dan ditingkatkan dari tubuh ini. Aku perlu bersungguh-sungguh untuk melakukan itu. Akan tetapi, sesekali aku juga merasa khawatir dengan tubuh ini dan dia. Khawatir aku merasakan kecewa dan khawatir dia sudah ada yang punya. Kembali aku berfikir dan meyakinkan diri ini bahwa dia tidak mungkin mempunyai seseorang yang dia sukai secara langsung untuk saat ini. Aku selalu mencoba memperhatikannya dari kejauhan tetapi aku tak mampu lama menatapnya. Aku perlu menjawab pertanyaan di kepalaku dan menjawab dengan melihatnya langsung atau lewat perantara.
            Keistimewaan itu tidak hanya sampai sana. Dia berasal dari kota Serambi Mekah di timur sana. Saat aku mendengar dia dari sana, aku semakin tertarik dengan dia. Akhirnya perasaan itu tidak mampu aku tahan. Sahabatku mengetahui semua itu dan aku juga tidak bisa menutupinya. Jika aku pikirkan untuk mendapatkan dia perlu sebuah pengorbanan yang lebih dan lebih lagi. Pasti di luar sana banyak anak-anak ustadz, santri penghafal 30 juz, para guru yang hafal 30 juz dan lain-lainnya siap untuk mendapatkan dia. Sedangkan aku? Hanya seseorang yang baru start untuk mencari ridho Allah SWT dengan berbagai gangguan hawa nafsu yang menyelimuti. Hari ini aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menemui beliau, yang aku bisa lakukan adalah berusaha memperbaiki diri sendiri dan menjadikan tubuh ini untuk keagungan Allah SWT. Semoga niat ini tidak pernah salah dan terus menjadi motivasi diri untuk berhijrah ke yang lebih baik. Jika boleh aku berdoa dalam tulisan ini. suatu saat nanti jika aku sudah siap bolehkah aku menjadi bagian dari hidup dia, untuk selalu menjadi teladan dan saling berbagi suka dan duka bersama, menjadi pelengkap yang sah dengannya, menjadi bagian dari kisah indah bersamanya, dan menjadi pasanganku kelak di surga nanti. Dan jika tidak, bolehkah aku memiliki seseorang yang sama dengan dia baik dari dalam maupun dari luar yang mampu aku sayangi dan saling menyayangi sampai surga nanti. Aamiin Yaa Alla Yaa Rabbal ‘Alamiin. (DKN)

Rabbana habblana min azwajina wadzurriyatina qurrata’a yun waj ‘alna  lil muttaqinna imama
Rabbana aatina fiddun yaa hasanah wafil a khirati hasanah waqina adaa bannar



           

Selasa, 18 Juli 2017

Masih Inspiracious - Sharing With The Experts Beastudi Etos 2017



            “Jangan mengeluh” kalau kata orang. Mengeluh itu tidak akan menyelesaikan masalah. Itulah yang terjadi pada ku pada beberapa hari yang lalu. Pikiran dan jiwa saat itu tidaklah sinkron dengan sebuah perintah. Rasa ingin berpendapat tapi sudah tertanggapi duluan sebelum bicara. Seperti biasa, kalau aku berpendapat atau bertanya kadang suka menunggu dulu pembicara berhenti berbicara. Setelah itu, barulah bicara. Tapi saat itu pertanyaan dan pernyataan dibenakku terhapus dengan sebuah amanah yang ku dapati saat menjadi seorang penerima beastudi etos belum berhasil. Kadang ingin marah tapi yang dikatakan ‘beliau’ benar, semua ini adalah amanah yang harus dibuktikan dengan nyata pada masyarakat. Akhirnya sebuah acara yang bertujuan mengeratkan dan menilai kekompakkan panitia menjadi samar dipikiranku. Samar?. Mungkin bukan samar lagi tapi sudah jelas bahwa kami sedikit kurang kompak. Buktinya etoser bogor angkatan 52 hanya ikhwan saja yang berani menjalankan acara ini dengan segala keterbatasan yang ada. Kami tidak sendiri, untungnya masih ada adik-adik etoser 53 yang terlihat begitu antusias ingin membantu melaksanakan dan menyukseskan acara ini dan juga aku husnudzon bahwa akhwat etoser 52 pasti mendoakan kesuksesan acara ini. Kedua, mungkin bertujuan meningkatkan keberanian kita untuk menjadi orang sukses dan berprestasi dengan mendatangkan seorang penerima beastudi etos yang prestatif serta mahasiswa yang menerima beasiswa LPDP ke luar negeri. Beliau adalah mba Birrul Qodriyyah.
            Inspiracious – Sharing With The Experts. Itulah nama acara kami. Sebenarnya jika diingat kembali mengenai acara ini  beberapa minggu yang lalu. Saat akhwat atau perempuan etoser 52 menolak dilaksanakannya acara ini, aku atau mungkin kami sudah kurang semangat dengan acara ini. Alasan yang menyebabkan kami kurang semangat pun sudah lebih dari 5 alasan. Akan tetapi, itu tidak merubah semuanya. Acara pun tetap harus dilaksanakan, apalagi setelah kejadian malam tak terduga itu. Malam tak terduga?. Pengen ketawa rasanya. Wkwk. Malam itu…. hmm. Mungkin tidak usah diceritakan kali ya. Wkwk. Intinya kami harus tetap melaksanakan acara itu dalam waktu satu minggu.
            Satu minggu bukanlah waktu yang lama jika digunakan untuk hal yang bermanfaat. Satu minggu itu adalah hari kami terakhir menyelesaikan ujian akhir semester genap. Coba kalian pikirkan, sebuah acara yang belum tahu seperti apa hanya garis besarnya saja membayang-bayangi ujian akhir semester yang sudah jelas itu adalah kegiatan dan tugas kita sebagai seorang mahasiswa. Tapi itu bukanlah menjadi alasan untuk menjadi orang sukses kata beliau. Benar juga kalau dimaknai kata-kata beliau. Terus karena tipe aku orangnya selalu ingin mencoba hal baru yang menurutku itu mampu it’s okay can’t problem for me and I keep enjoy. Apalagi divisi DDD. Kesannya seru buat poster dan desain-desain lainnya. hehe.
            Ujian pun telah selesai dan acara akan segera dimulai. Persiapan pun kami seadanya dengan keterbatasan dana kami tidak bisa berbuat apa-apa dan waktu juga sudah H-1 jadi sedikit bingung juga di masalah konsumsi. Akan tetapi, rezeki dari Allah SWT itu selalu ada. Kami pun mendapat tambahan dana dari pendamping dan penjualan buku-buku dan barang-barang bekas. Alhasil kami pun dapat surplus.
            Acara pun semakin dekat dan semakin rapat. Hari minggu, 16 Juli 2017 acara pun dilaksanakan. Meskipun kurang briefing tapi acara tetap keceh. Apalagi pematerinya Kak Apip Nurdin seorang mahasiswa berprestasi IPB angkatan 2012  peraih lebih dari 30 prestasi lomba nasional dan internasional dan mba Birrul Qodriyyah Mahasiswa Berprestasi Terinspiratif Nasional 2013 serta peraih beasiswa LPDP di Ediburgh University – UK. Beuuhh, kalau ini peserta banyak dan persiapan matang 100% bakalan tambah keceh dah. Buktinya para peserta sangat antusias dengan acaranya. Mereka sangat tertarik sekali ingin menjadi orang yang berprestasi seperti para pemateri. Acara ini berupa talkshow dengan di moderator oleh kak Asep Saepulloh Sajali mahasiswa IPB dan sekaligus etoser angkatan 2014. Acara pun semakin istimewa. Kak Apip sebagai pengisi talkshow pertama membawakan tema Be Great Be Winner. Inti dari materinya bahwa untuk jadi orang berprestasi itu harus berani dan tawakal. Berani untuk mencoba, berani untuk mampu menerima kegagalan dan berani untuk menyisihkan waktunya yang lebih banyak. Pemateri kedua lebih kece lagi nihh. Beliau adalah mba Birrul Qodriyyah, dengan gaya bicara yang khasnya etoser jogja 2010 ini mengisi acara dengan enjoy dan penuh dramatisme. Semua perjalanan hidup beliau mampu memberikan efek yang mendalam untuk ingin terus berkarya, berproduktif, dan berprestatif. Beliau merupakan mahasiswa yang inspiratif. Beliau bukanlah dari kalangan yang punya. Akan tetapi, dengan prestasi dan kegigihannya untuk menjadi orang sukses, beliau akhirnya mampu kuliah di UGM dan mampu melanjutkannya ke luar negeri dengan beasiswa LPDP. Mba Birrul juga memberikan informasi mengenai persyaratan dan link beasiswa kuliah ke luar negeri.
            Acara pun sudah mulai mengkerut. Detik-detik akhir dari sebuah kerja keras panitia pun sudah mulai berakhir. Saatnya moderator mengakhiri acara ini dan dikembalikan kepada pembawa acara. Acara ditutup dengan doa dan foto-foto bersama. Keceriaan saat akhirnya acara itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Karena kenapa? Tentunya karena acaranya selesai dan tidak menyangka bahwa acaranya akan terlaksana. Padahal dalam pikiranku banyak pertanyaan-pertanyaan yang terselip ‘apakah acaranya akan terlaksana?’,‘ apakah acaranya akan bagus?’, ‘apakah pesertanya bakalan banyak?’, apakah acaranya akan berjalan lancar?’. Akhirnya pertanyaan itu pun terjawab sudah dengan jawaban yang memuaskan.
            Itulah kisah acara Inspiracious – Sharing With The Experts beastudi etos 2017. Sebenarnya semua kegiatan dan aktivitas kita itu sudah ditentukan oleh Allah SWT dan tentunya setiap aktivitas tidak akan pernah melebihi batas kemampuan kita. Masih ingat surah Al Baqarah ayat 286?. Kemudian jangan pernah untuk menghindar dari apa yang telah ditugaskan. Sejatinya orang sukses bukan dia yang hanya sukses dimulut saja tapi sukses adalah berani, berani untuk mengambil kesempatan dan berani untuk lebih baik dari orang yang lebih baik.

Wassalam....

Kamis, 13 April 2017

Lika Liku Sang Remaja Akhir : Returns of Junior High School Story part 1


Terlihat awan yang membentuk lafadz Allah itu pergi dengan hembusan angin di udara. Ku mulai berdiri dari bayangan cerita dulu dan renungan di atas batu ini. Perasaanku kembali seperti biasa, seperti sesosok orang mulai dewasa. Ku angkat beban tubuh ini dari rebahan tidurku di atas batu sebelum ku berdiri. Sambil memegang kedua lutut dan melihat sekali lagi ke atas langit biru di atas batu, ku tersenyum dan merasa senang campur sedih. Sedih bukan karena kehilangan tapi karena indahnya cerita dulu yang masih sampai saat ini kurasakan. Sampai ku terbayang di saat melihat anak anak jaman sekarang mempunyai prilaku seperti ku dulu. “Hahhhh”, keluar hembusan perlahan udara dari mulutku setelah ku narik panjang napas.
Aku pun berdiri dan pergi melanjutkan perjalananku. Perjalanan yang akan selalu melengkapi kisah hidup ini.
“Batu terima kasih kau sudah mau menjadi tempat aku untuk membayangkan kisah dulu”, kalimat pamit dari mulutku terucap dengan begitu manis. Semanis madu seperti kisahku dengannya dulu.
Beberapa menit ku meninggalkan batu itu aku terdiam dan berkata, “eh kok aku lupa ya, tadi aku mau pergi kemana”, sontak ku terdiam bingung dengan tujuan awalku.
Akhirnya aku mengambil keputusan untuk pergi ke Masjid, karena waktu juga sudah menunjukkan pukul 11.40 WIB sebentar lagi akan berkumandang adzan dzuhur. Belum sampai masjid tiba tiba hujan turun dengan lebat, untungnya jarak aku dengan masjid hanya lima meter. Jadi, aku bisa menerobos rintikan hujan yang sangat rapat dengan berlari cepat. Adzan pun berkumandang dengan alunan adzan yang sangat merdu dari seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Adzan itu mengingatkanku akan seorang teman kelas saat di bangku sekolah menengah atas dulu. Lutfi. Itulah sebuatan namanya.
“Dia itu … , tunggu. Sepertinya kalau bercerita tentang dia sambil membayangkannya seperti di atas batu tadi, aku akan ketinggalan shalat berjamaah awal waktu”, gumam dalam pikiranku.
“Ya sudah aku ambil wudhu. Cerita tentang dia nanti saja di lain waktu”, gumam dalam pikiranku lagi.
Shalat berjamaah itu pun aku lakukan dengan khusyu dan sebaik-baiknya. Seperti kata temanku, ‘Kamu akan merasakan shalat khusyu saat di antara waktu shalat sekarang dan sebelumnya tidak melakukan maksiat atau dosa’. Mungkin benar yang dikatakan temanku, itulah yang membuatku merasakan ke khusyuan di shalat dzuhur ini.
Dua puluh menit terlewati, aku pun pindah ke belakang lantai utama Masjid untuk beristirahat sambil bertilawah. Belum lama ku membaca Al quran (mushaf), ku merasakan rasa ngantuk yang besar. Terasa berat kelopak mata ini, apakah ini godaan setan?. Akan tetapi, aku tak mampu berpaling dari rasa ngantuk ini ku tertidur dengan memegang mushaf di dadaku. Tidurku sangat pulas sampai waktu tidak terasa sudah hampir masuk waktu shalat ashar.
Eh eh eh kok aku tertidur ya waktu itu. Terus ceritanya? Lanjutan cerita di batu? Siapa lutfi?. Oke fix berarti saat itu aku tidak membayangkan kisah saat masa masa remajaku dulu. Next.
Singkat cerita. Saat ku pulang ke rumah karena libur semester kuliah, aku mulai membayangkan kisah itu kembali. Sebuah genangan air dangkal indah sang penyemangat hidup kembali terbayang di dalam otakku. Aku pun ambil handphone dan segera membuka akun facebook untuk melihat kabarnya. Kabar tentangnya yang sampai pada telingaku beberapa tahun lalu sangat sedih, membuat aku merasa kasihan dan ingin menjadi seorang pahlawan seperti di film-film india. ‘Saat wanita itu sedang bete, sang kekasih melemparkannya ke dalam air padahal dia tidak mau melakukan itu dia hanya ingin diam dan duduk. Akan tetapi wanita itu pun sudah di dalam air kolam dengan ditertawakan oleh semua tamu pada saat itu. Seorang laki-laki pun yang sudah kenal dekat dengan dia turun ke air kolam itu dan melepaskan kemeja pelayannya untuk wanita di air kolam tersebut dan mengajaknya naik ke atas’. Itulah resume film india adegan tersebut. Terharu campur aduk saat itu, saat aku menonton film tersebut. Itulah tontonan jamanku dulu saat masa-masa sekolah menengah pertama. Mungkin ceritaku ingin menjadi pahlawan kurang lebih seperti film tersebut.
Sungguh disayangkan mendengar kabar tersebut. Kenapa harus berpisah seperti itu?. Aku coba cari di tempat pencarian, karena waktu itu teman di facebook ku banyak dan dia jarang aktif jadi sulit jika dicari di ‘Teman’. Aku ketik nama dia dan belum juga muncul. Aku ketik kembali dengan kunci nama yang lain. Akhirnya ketemu dan alhasil dia sudah tidak aktif beberapa bulan yang lalu. Postingan terakhirnya adalah ucapan selamat malam dan kata kata lain di ‘Beranda’ yang kulihat. Aku pun membuka ‘Foto’nya dan terlihat persis media untuk tulisan cerita ku dulu sama tidak ada perubahan. Perasaan tak jelas itu muncul kembali dan membuatku (diam, menarik napas, dan menghembuskan napas perlahan-lahan). Entahlah. Aku orangnya terlalu banyak di bawa perasaan. Kadang selalu ku pasrahkan keadaannya pada Allah SWT dan selalu mendoakannya untuk selalu sehat dan bahagia. Tapi, ya sudahlah dia sudah jadi milik orang lain. Masih banyak orang lain disana yang ku percaya akan lebih indah cerita nya, cerita hidup ini dengan seseorang di luar sana. Mungkin yang sering ketemu, teman dekat, teman dulu, teman yang akan datang, yang sering chatan, yang sering ngobrol dan selalu memberi semangat atau yang membaca cerita ini dan mengontak kamu. Bisa jadi dialah yang akan menjadi pengganti genangan air indah dan manis itu. Yang aku butuhkan hanyalah kepercayaan dan niat hanya untuk Allah SWT.
Selalu aku buka akun ‘Beranda’nya berharap sebuah kerang berisi berlian, tapi alhasil hanya kerang yang tak berisi dan bertuan. Sudahlah aku putuskan untuk tidak lihat akun facebook nya. Waktu pun semakin melaju dengan sendirinya, aku lepaskan genggaman tangan ini dari sebuah handphone yang sejak 2 jam aku pegang dan aku hiraukan semua yang ada di sekitar. Akan tetapi, tidak hanya berhenti disitu. Ternyata sebuah perasaan tidak dapat dipungkiri dan dibohongi, aku pun selalu melihat tempat genangan air indah itu setiap aku pergi ke Masjid Al Furqon maupun ke rumah teman. Kadang suatu ikatan itu sulit untuk dilepaskan. Kenapa?. Karena ikatan itu telah ditulis dalam sebuah doa yang senantiasa dilantunkan tiap bersujud dan menghadap-Nya. Sehingga tidak dipungkiri lagi aku selalu mengingatnya sampai saat ini. Mungkin ini suatu kesalahanku? Atau juga ini suatu ketentuan-Nya?.
Back to story in Junior High School 6 last ago. Setiap pagi ku siapkan segalanya untuk menjalani rutinitas seorang pelajar mulai dari sarapan, mandi, persiapan alat tulis sampai pakaian rapi dan bermodel seperti orang keren tapi tetap berpakaian disiplin karena aku juga di amanahkan sebagai ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMP ku tercinta yang harus selalu rapi dan berwibawa. Itu semua berharap dia melihat ku dan tersenyum manis (Astaghfirullah).
Ku langkahkan kaki ini dengan sapaan pagi yang indah, terucap sebuah kalimat dan senyuman penyejuk hati saat ku mulai pergi. “Assalamu’alaykum”, terucap dari mulutku ucapan salam kepada nenek dan kakek yang setia menjagaku sampai menginjak umur belasan tahun. Tidak lupa sebelum ucapan itu terlontarkan, tangan kecil ini ku angkat dan ku ambil tangan nenek kakek sambil ku cium tangan mereka dengan berdoa dalam hati, ‘semoga aku mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan mampu membahagiakan mereka saat aku sukses nanti. Amiin’.
Tidak seperti orang lainnya, aku mungkin terbilang anak yang baik  dan sabar (bukan sombong yaa). Di saat mereka berangkat sekolah menggunakan kendaraan roda dua, aku berangkat menggunakan kaki yang tak beroda. Jadi, kecepatannya mungkin hanya beda 3 meter per langkah. Hmm. Tapi santai kaki ini lebih aman, kuat dan awet. Sesekali aku juga diajak oleh tetangga atau teman yang alhamdulillah se arah dengan jalan menuju sekolah ku. Langkah ini semakin melaju bersama detikan jam yang seirama dengan langkahku. Langkah menuju sebuah kesuksesan yang akan mengantarkanku kepada sebuah cahaya keindahan.
Kembali ke ‘dia’. Dia?. Iya, genangan air dangkal indah itu. Tinta darah ini semakin enak untuk ku tuliskan di atasnya. Saat ku tulis, seketika tintanya menyebar dan semakin bersatu. Pagi itu, entah kebetulan atau memang sehati ‘eeaa’, ku bertemu dengan dia saat aku berjalan bersama temanku. Akan tetapi, dia berjalan dengan cepat karena mungkin waktu udah mulai siang dan dia juga sudah ditunggu teman perempuannya. Jadi, aku mengerti dengan keadaannya dan membiarkannya berjalan terlebih dahulu. Biasa anak pengertian padahal dalam hati malu dengan teman-teman lain. Malu bukan karena jalan bareng dengannya tapi karena takut aku tak mampu berkata kata disamping dia. ‘Yaelah, gitu aja malu’. Jika ku kaji saat ini, malu saat kejadian tersebut merupakan suatu cara untuk menghindarkan dari rasa hawa nafsu karena masa-masa itu gangguan setan sangat kuat. Sehingga kalau kita tak mampu menahannya itu dapat membuat hal yang tidak diinginkan terjadi. So, aku selalu menjauh sementara di ruang publik dan keadaan tertentu.
Sesampainya di sekolah, pagi itu kegiatan rutin kami adalah senam pramuka. Saat itu senam pramuka rutin setiap hari selasa bergiliran dengan senam SKJ. Seorang pembantu guru yang mempunyai jabatan cukup tinggi di sekolah, aku dan teman OSIS memeriksa tiap kelas untuk memeriksa apakah para siswa sudah ke lapang semua atau belum. Sampailah di kelasnya, aku menanyakan dia pada temanya yang belum ke lapang, “Yuni sudah ke lapang?”. Temannya pun menjawab, “sudah kak”. “oke. Kamu juga cepat ke lapang ya. Senamnya sudah mau di mulai tuh”, jawabku sambil mengajaknya. Senam pun berlangsung dengan lancar, meskipun di daerah belakang para siswa yang so keren-keren dan sangar tidak mengikuti dengan baik senam pagi itu. Aku pun sensi dengan prilaku mereka yang tidak mau mengikuti senam padahal senam kan dapat membuat tubuh sehat. Betul gak?. Senam pun selesai pada pukul 7.30 an. Saatnya semua siswa untuk berbaris di depan kelasnya masing-masing dengan rapi sekaligus penyampaian informasi dari guru di kantor. Aku yang saat itu kebagian keliling memeriksa kerapihan siswa dan kelas bersama beberapa teman osis lainnya menemukan pakaian-pakain laki-laki yang belum dimasukkan celana dan juga sabuk yang tidak sesuai dengan SOP sekolah. Akhirnya kami suruh mereka memasukkan celananya dan mengambil sabuknya untuk diserahkan ke guru.
Sampai di kelas 8.A. Kelas dimana dia belajar, aku merasa kaget dan pipiku menjadi merah karena teman-teman perempuan dia mengucapkan kata ‘cieee’ bersamaan. Sontak aku semakin bertingkah dan senyum malu. Apalagi dia barisnya di depan sehingga tugasku memeriksa kerapihan siswa dan kelas menjadi tidak efektif. Akhirnya aku langsung berjalan ke kelas berikutnya. Sampai di kelas terakhir, aku dan temanku langsung menemui guru dan melaporkan mengenai hasil pemeriksaan yang kami lakukan. Karena tidak ada yang melakukan kesalahan yang berlebih, siswa pun diperbolehkan masuk dengan ditandai bunyi bel yang keras dari kantor. Kegiatan belajar mengajar pun berjalan dengan lancar. Tidak terasa waktu pulang menghampiri dan seperti melambai-lambaikan tangannya untuk menemani kami menuju rumah. Akhirnya bel pulang pun berbunyi seketika kelas yang tidak ada guru berhamburan keluar seperti terjadi gempa yang semua orang terlihat panik dan belari menuju tempat terbuka. Kegiatan belajar di kelas kami pun diakhiri oleh pak guru dan dipersilahkan untuk berdoa sebelum pulang. Setelah berdoa aku pun langsung pulang dan terlihat dia sudah berjalan dengan temannya untuk pulang lewat jalur yang berbeda. Aku pun membiarkannya lagi. Oh iya, kenapa dibiarkan?. Iya, aku takut guys. Takut dibilang ‘cieee’ dan dikata-katain lagi karena semakin banyak orang yang bilang begitu semakin takut aku bersama dia lagi khusunya di tempat publik atau banyak orang. Okelah. Aku pun pulang bersama teman-teman lainnya dengan penuh bekal ilmu yang didapatkan hari ini.
Ilmu yang mungkin kita tidak lihat dan berdampak hari ini secara langsung, tapi akan berdampak kelak nanti saat kau menikmati perjalanan lika liku menjadi orang sukses. Saat itulah dampak ilmu itu akan kamu rasakan. Ilmu yang ku dapatkan hari ini mungkin kebanyakan ilmu tentang dunia. Akan tetapi, ilmu dunia jika kita niatkan untuk mencari ridho Allah pasti akan menjadi penolongmu di akhirat nanti. Amiin yaa rabbal alamiin.
Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin (Rabb semesta alam), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk langit, maka itu sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senantiasa meliputi orang yang berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya” (Miftah Daaris Sa’adah, 1: 104).

Bersambung...