Perasaan cemas adalah
hal yang sangat mengganggu ketenangan seseorang apalagi perasaan tersebut telah
menjadi perasaan menakutkan. Takut akan suatu hal yang awalnya kita ketahui,
tapi karena sifat seorang manusia yang pemalas membuat hal tersebut menjadi
buta dan enggan tuk dilakukan sehingga rasa takut berubah menjadi ketegangan
yang berakibat kegagalan. Namun, semua itu dapat berubah.
Hari itu angin sejuk
mulai menghampiri pada seorang wanita yang berwajah polos, berkaca mata, dan
bermurah hati. Panggil saja dia Sani karena kepolosan dan kebaikan hatinya dia
menjadi orang yang cerdas tapi pemalas sehingga dia sering disebut oleh
temannya “Ikan Asem”. Kok bisa ? next.
Sebuah kampus megah yang bernuansa islami dan
dikelilingi dengan banyak pohon ciptaan sang Illahi membuat hari itu semakin
ceria dan semangat dalam menghadapi lika-liku hidup di dunia ini. Waktu pun
telah menunjukan pukul 07.00 itu tandanya aktivitas seseorang dimulai. Kembali
ke belakang sejenak. Malam itu Sani diajak sahabatnya yang beraneka ragam
karakter, ada yang bawel, pencemas, dan ada satu lagi temannya yang unik yaitu
si sedih untuk mengerjakan tugas kelompok fisika. Jika dilihat kembali
karakteristik sahabatnya, semuanya itu aneh-aneh meskipun tidak terlalu aneh
sih. Setidaknya mempunyai karakter unik masing-masing sehingga disebut aneh.
Jam pun menunjukkan
pukul 23.00 melebihi jam biologis seseorang untuk beristirahat. Susi yang saat
itu mengerjakan tugas praktikum fisikanya harus terhenti karena terjadi
kontraversi hampir sampai terjadi konflik
besar antara Rita dan Sani. Susi adalah si pencemas dan Rita adalah si bawel. Keduanya
saling bercekcokkan sampai-sampai kamar sebelah pun sudah 4 kali mengetuk pintu
kamar mereka karena mendengar teriakan, jeritan, dan barang pecah dari kamar Sani.
Memang kampus hijau ini mewajibkan mahasiswanya tinggal di asrama selama satu
tahun. Jadi, tidak heran jika terjadi kegaduhan di kamar sebelah membuat kamar
sebelahnya lagi penasaran untuk melihat.
Sifat Rita yang bawel dan Sani dengan rasa
malasnya membuat kontraversi dan konflik malam itu dikuasai Rita. Suasananya
pun semakin memanas bagaikan air yang baru panas membuat airnya bergejolak. Ternyata
tidak pandang bulu ketika seseorang dikuasai oleh hawa nafsu, siapa pun yang
menjadi korban baik itu keluarga maupun sahabat akan menjadi pelampiasan dari
hawa nafsu tersebut. Itulah akibatnya jika hawa nafsu tidak dapat kita
taklukkan maka akan merambat percikannya kepada siapa saja.
“San kerjain tugas
fisika yu ?”
“males, nanti aja”
“kenapa sih ketika lo
punya tugas selalu menunda-nuda gitu emangnya gak takut kalo tugas lo suatu
hari lupa dikerjakan dan saat itu juga dosen menyuruh lo tidak boleh ikut
kuliah ?”
“yaa, santai aja kali rit. Tugas itu gampang,
masih lama ini kok. Lagian gak bakalan terjadi juga, kalo aku dikelurakan oleh
dosen hanya karena tidak mengerjakan tugas”
“pede banget lo san,
emang ya lo itu orangnya cerdas, pinter, jenius. tapi mau sampai kapan lo hanya
memendam ilmu itu di otak lo saja. Ini kan tugas kelompok, seharusnya lo bisa sharing ilmu itu kepada kami semua”
Saat itu juga Sani tak
menjawab ucapan yang keluar dari mulut Rita dan lebih parahnya lagi dia
memasang headset di telinganya seketika Rita semakin marah karena merasa tak
dianggap dan disepelekan oleh Sani. Akhirnya, Rita pun berteriak dengan nada
tinggi “SANIII!!”. Sani pun tetap menghiraukannya dan Susi yang saat itu sedang
mengerjakan tugas fisikanya merasa terganggu.
“berisiiik! kenapa sih
kalian berantem gak lihat apa, aku segede ini dan sedang duduk di depan kalian mengerjakan
tugas fisika?” memang sih badan Susi itu bisa dibilang ‘seksi berlebih’ atau
gemuk. Dia sering merasa cemas dan takut tidak bisa makan apabila uang jajannya
sudah mulai habis di akhir bulan.
“dia nih (nunjuk Sani yang
sedang asik mendengarkan musik sundaan, karena hobinya dia mendengarkan musik
daerah, khususnya musik sunda) orang yang so pinter tak mau di ajak kompromi
egois dan dia tak menganggap gue coba bayangkan gue yang tadi ngasih saran yang
baik-baik malah dia hiraukan sakitnya dimana coba Sus disini (nunjuk dadanya)
blablalbalblabla..” Tak ada koma ataupun titik dalam ucapan Rita tersebut
menandakan bahwa dia itu bawel yang tak ada duanya sampai-sampai Susi yang
mendengarkan ucapannya mengambil korek kuping sudah 3 batang karena merasa ada
yang mengganjel ditelinganya akibat ucapan Rita. Lima belas menit kemudian Rita
pun terlihat merasa kelelahan dan akhirnya dia berhenti berbicara.
“Sebenarnya sih Sani emang
udah pinter. Tapi mungkin permasalahan kamu itu mengenai dia adalah Sani kurang
bisa diajak kerjasama dalam urusan belajar, dia kurang bisa membagi ilmunya
untuk orang lain. Nahh, kita sebaiknya harus bisa membuat Sani mau belajar
bareng-bareng sama kita. caranya jangan kaya tadi dimarahi. Kitakan udah lama
berteman dari SMP sampai kuliah dan pertemanan itu sering banyak suka dan
dukanya, karena kita mempunyai kesabaran
tuk menjaga pertemanan ini tetap langgeng sehingga kita masih diberikkan
kesetiaan sahabat oleh Allah SWT. Untuk itu kita harus bersyukur bahwa Sani
masih sahabat kita ” dengan wajah yang sejuknya Susi memberikan penjelasan
kepada Rita. Tidak heran Susi yang selalu memberikan masukkan kepada sahabatnya
menjadi jalan utama menyelesaikan permasalahan diantara sahabatnya. Rita pun
akhirnya dingin kembali yang awalnya dikelilingi hawa api pemarah menjadi hawa
salju yang dingin.
Sani pun tetap dengan
headset di telinga dan handphone ditangannya ketika Rita dan Susi berbicara
sehingga dia tidak tahu apa yang dibicarakan kedua temannya itu. Tidak heran
jika sani sang penggemar musik sunda membuat apa yang disekelilingnya tidak
ada. Dia merasa sedang pentas nyanyi sunda dengan diiringi seruling, gendang,
dan lain-lainnya sambil menari jaipong padahal dia hanya tiduran sambil
mendengarkan musik yang lama-kelamaan dia ketiduran.
Beberapa saat kemudian
Rena “Si Sedih” kembali lagi ke kamar sahabat lamanya setelah beberapa kali dia
datang ke kamar sahabatnya itu. Kali ini dia melihatkan sifat khasnya yaitu
ketika membuka pintu dia menangis tanpa sebab, Alasannya mungkin karena Rita
sebelumnya teriak-teriak sampai terdengar ke kamarnya, karena terjatuh saat mau
ke kamar Sani, atau karena kelilipan mata sehingga dia menangis. Kita tidak
tahu. next
“Assalamualaykum ?”
ucapan salam dari Rena yang terlihat wajah sedih.
“Walaykumussalam” jawab
teman-temannya.
”ada apa sih
teman-teman ? dari tadi kok kalian ngomongnya keras-keras sampai terdengar ke
kamarku. Aku takut kalian berantem lagi, dari tadi tiap aku masuk kamar kalian,
kata kalian gak apa-apa”.
“nggak apa apa kok,
kami cuma latihan akting aja” sahut Susi yang sedang duduk membelakangi buku
tugas fisikanya yang dia tinggalkan setelah memberi nasihat kepada Rita.
“lo kenapa nangis Ren
?” Tanya Rita yang sudah mulai tenang. Biasa kalo anak-anak gaul dari kota,
suka menggunakan kata yang kalau dibilang kata tak baku. Akan tetapi, dibalik
kegaulannya Rita tersebut tersimpan sebuah kebaikan yang bisa dibilang muslimah
sejati yaitu sopan, rajin beribadah, dan rajin sedekah. Hanya saja kelemahannya
itu masih kurang mampu mengendalikan hawa nafsunya alias pemarah.
“aku takut kalian
berantem sampai menghancurkan persahabatan kita” Rena pun berbicara
mengeluarkan kata-katanya dengan sedikit terlihat butiran air mata dari kelopak
matanya semakin lama semakin banyak butiran air mata yang keluar tersebut.
“nggak kok santai aja”
sambil mengelus pundak Rena yang mendekati Rita saat masuk ke kamarnya.
“terus tadi yang teriak
dan ada suara benda pecah itu siapa dan darimana?”
“tadi gue yang teriak
ren, tapi kalo yang pecah itu gue gak tahu. Mungkin kucing di kamar sebelah lagi
mecahkan piring” ceritanya Rita bercanda supaya Rena tidak menangis atau bisa
dibilang menghibur. Tapi balasan dari Rena tak ada reaksi apa-apa. Dia masih
sedikit sedih karena takut persahabatan yang dulu terjalin tiba-tiba
berantakan. Maklum Rena orangnya selain suka sedih, dia juga mahasiswi termuda.
Jadi tak heran jika sifat manjanya masih ada. Niatnya sih Rita mau ngelucu tetapi
akhirnya Rena malah gak terhibur.
“oh gitu ya, yaudah aku
balik ke kamar dulu lagi ya. Titip salam ke Sani. Assalamualaykum ?” Rena pun
balik lagi ke kamarnya tetapi sebelumnya dia titip salam ke Sani karena Rena
adalah sahabat yang paling dekat dengan Sani dibandingkan sahabat mereka berdua
lainnya. Rena dan Sani bersahabat dari kelas 5 sekolah dasar. Jadi, tidak heran
Rena lebih memahami Sani yang sudah mulai bersahabat satu tahun lebih awal dari
Susi dan Rita.
“walaykumussalam “
serempak Rita dan Susi menjawab salam dari Rena. Karena mereka seorang muslimah
jadi sudah kebiasaan mereka mengawali dan mengakhiri kegiatan atau pertemuan
dengan ucapan salam. Ketika kita mengucapkan salam itu hukumnya sunnah dan menjawabnya itu
adalah wajib. Rita pun akhirnya banyak beristigfar dan meminta izin untuk
melaksanakan shalat witir dan tobat karena dia merasa bersalah dengan lontaran
kata-kata yang telah menyinggung temannya, Sani.
“maaf si, gue mau ke
mushola asrama dulu ya. Gue sepertinya akan lebih tenang kalo ke mushola menunaikan
shalat malam dan tilawah. Tugasnya selesaikan aja dulu ya punya lo nanti aku
salin buat belajar nanti sekalian nanya dimana gue gak ngertinya, bisa kan ?”
“oke! apa sih yang gak
bisa buat sahabat ku sendiri. Oh iya ajak sekalian Rena ke mushola biar dia gak
sedih lagi”
“siap bu Sus, terima
kasih ya emang lo sahabat gue yang terbaik, kalian semua. Duluan ya!
Assalamualaykum ?”
“iya sama-sama Rit. Walaykumussalam.”
Perselisihan itu pun
selesai sudah Rita yang pemarah kini dapat terkendali lagi dan dia segera pergi
ke mushola asrama bersama Rena yang tadi terlihat sedih sampai menangis, supaya
mereka berdua mendoakan persahabatannya langgeng sampai tua nanti meskipun akan
terbentuk keluarga baru yang memisahkan. Kecemasan Susi akan sahabatnya pun
semakin berkurang tetapi kecemasan Susi terhadap tugasnya semakin meningkat.
Tugas dari sepuluh soal, tiga diantaranya sudah dijawab dan enamnya lagi belum
selesai sehingga itu masih jauh untuk menuju selesai. Susi semakin cemas dan
berkeringat dingin karena waktu telah sampai pukul 23.45. waktu tersebut
seharusnya Susi sudah tertidur pulas dan tugasnya terselesaikan dengan baik.
Tidak ada cara lain, karena sudah larut malam dan sulit bagi orang yang
pintarnya itu standar untuk berfikir. Akhirnya, Susi pun membangunkan Sani untuk
membantu mengerjakan tugasnya dalam artian bertanya mengenai tugas yang belum
Susi ketahui.
“sani! sani! bangun san!”
beberapa kali Susi menyebut-nyebut nama Sani sang Ikan Asem itu tetapi tidak
ada sahutan pun dari Sani. Setelah Susi melihat-lihat telinga Sani, ternyata
headsetnya masih terpakai di telinga Sani.
“Astagfirullah! ini
headset masih ditelinganya aja. Pantesan aku panggil-panggil Sani gak bangun”
akhirnya Sani yang saat itu tertidur pulas kini dia terbangun oleh Susi yang
cemas akan tugas fisikanya belum terselesaikan. Memang tugasnya itu adalah
tugas kelompok dan anggotanya itu ketiga temannya. Susi akan tetapi karena
kesibukan masing-masing mereka selalu mengerjakannya di malam hari sebelum
besoknya dikumpulkan atau bisa disebut SKS (sistem kebut semalam).
“iya ada apa sus”
sambil mata masih sedikit tertutup.
“kok aku dibangunkan,
udah jam 3 pagi ya ?” memang Sani tidak pernah lupa akan shalat qiyamullailnya
yang dia tekuni dari sekolah dasar
sehingga setiap jam 3 Sani selalu terbangun dengan tepat waktu. Jadi, tidak
heran jika Sani tiba-tiba bangun malam hari menanyakan jam 3.
“belum San ini baru jam
23.45, bantu aku dong. Aku udah mulai kepentok nih soal tugas fisika, kamu bisa
bantu gak ? please bantulah!” dengan
wajah melas Susi yang sangat jelas akan kecemasan mandalam mengenai tugasnya
takut tidak selesai. Sani pun membantu mengerjakan tugas fisika tersebut dengan
cepat. untungnya Susi cepat memahami apa yang dijelaskan si “Ikan Asem”
tersebut. Akhirnya, tugasnya pun selesai pada pukul 24.00.
“Nah gitu! Gimana kamu
ngerti gak?”
“Ngerti dong, meskipun
dikit hhehe” Susi ketawa malu. Di hati Susi terasa lega setelah merasakan
kecemasan akan tugasnya yang takut tak terselesaikan malam itu. Ternyata ketika
kita mendapat kesusahan karena suatu hal Allah akan memudahkan kesusahan atau
kesulitan tersebut menjadi suatu kemudahan darimana pun itu perantaranya.
Seperti tercantum dalam Q.S. Asy Syarh 94:5-6
“maka
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan”
“Udah dulu ya aku mau
tidur, takut besok aku bangun kesiangan” penglihatannya pun sudah mulai buram
kembali karena Sani merasa ngantuk dan lemas setelah mengerjakan tujuh soal
fisika sisa dari pekerjaan Susi.
***
Esok yang cerah
diwarnai dengan warna langit biru yang menghiasi langit. Berjejer awan-awan
yang saling bergandengan menemani burung-burung yang terbang kesana-kemari
mencari sebuah mangsa untuk dijadikan santapan di pagi hari. Tidak kalah eksis,
pohon-pohon perdu dan bunga-bunga pun menjadi hiasan kampus yang indah.
Keindahan itu tidak akan pernah ada dan terjadi jika banyak orang yang tidak
bersyukur.
Suara qira’ah dari
masjid Al Huriyyah mulai terdengar oleh para mahasiswi yang solehah. Baru kali
ini Si Ikan Asam bangun tidak sesui dengan jadwalnya. Dia terbangun pas pukul
04.00 sedangkan teman-temannya sudah satu jam lebih dulu bangun dari tempat
peristirahatan mereka. Mereka semua sudah berkumpul di dalam mushola asramanya,
ada yang berdzikir, bertilawah, shalat malam, dan shalawatan nabi.
“astagfirullah” Sani
yang saat itu tertidur pulas karena sudah mengerjakan tugas kelompoknya bangun
secara tiba-tiba sambil mencari-cari kacamatanya karena semalam dia lupa
menyimpan kacamata kesayangannya.
“aduh mana lagi kacamataku”
sambil meraba-raba ke bawah bantal akhirnya kacamata berbentuk kotak dengan
motif modern bergambar batik dia temukan dan langsung dia pergi ke kamar mandi
untuk wudhu dan shalat tahajud.
Seiring berjalannya
waktu kumandang adzan dari Masjid Alhuriyyah pun mulai terdengar di mushola
asrama putri. Lantunan merdu ini merupakan sebuah ajakan untuk melaksanakan
ibadah shalat bagi kaum muslimin.
Shalat subuh pun telah
mereka lakukan tak hanya shalat saja mereka juga membaca shalawat dan tilawah
bersama-sama sambil membuat lingkaran. Akan tetapi, sepuluh menit kemudian mata
mereka terlihat kelelahan meskipun mereka berusaha untuk tetap melek membaca
ayat suci Al Quran apa daya rasa lelah akibat tidur kemalaman membuat mereka
tertidur di mushola.
Waktu semakin lama
semakin berlalu. Cuaca fajar yang dingin pun kini berubah menjadi fajar
menyongsong kehangatan. Pukul 06.15 itu suatu hal mainstream bagi para
mahasiswa atau mahasiswi asrama untuk bersiap-siap melaksanakan rutinitas. Tak
heran jika antrian panjang di luar kamar mandi sudah menjadi pemandangan asrama
putri tiap hari karena kamar mandi di asrama tersebut hanya berjumlah 4 kamar
dan jumlah mahasiswinya lebih dari 800 orang. Wow!
“San, Rit bangun. Susi
bangun udah jam enam lewat nih” dengan suara lembutnya Rena membangunkan ketiga
temannya yang terlihat tidur dengan pulas. Rena merupakan orang yang sudah
menaklukkan jam biologisnya sehingga ketika dia ingin bangun jam tertentu maka
dia akan terbangun pada jam tersebut dan sebelum tertidur saat itu dia sudah
mengatur alarmnya bangun jam enam. Itulah yang menyebabkan Rena dapat
membangunkan ketiga temannya.
Akhirnya mereka pun
terbangun, untungnya lagi mereka tidak perlu takut akan bau badan dan lengket
ke kampus akibat belum mandi apalagi pagi itu dosen yang mengajarnya adalah ‘Si
Sensitif’. Sebelum subuh mereka sudah mandi terlebih dulu sebelum para
akhwat-akhwat asrama lain mandi duluan. Setelah itu, mereka segera bergegas
berangkat ke kelas terlihat wajah mereka yang was-was dan cemas akan tugas yang
dikerjakan setengah sebelas malam. Akhirnya, mereka ganti pakaian rapi dengan
kerudung modern islami syar’i sehingga keindahan seperti terpancar di wajah
mereka mengalahkan indahnya pesona
pegunungan di pagi hari. Hhmm indahnya! subhanalloh!
“San cepetan, udah jam
07.25 nih. Kita nanti terlambah lagi” sahut Susi kepada Sani yang dari 30 menit
sebelumnya terus merapikan kerudung berwarna merah itu.
“iya sabar, bentar lagi
kok” balas Sani dengan lembut hati.
“yaelah, ribet banget
deh lo San pake kerudung aja lama apalagi pake baju sepertinya akan butuh waktu
satu hari” potong Rita yang terlihat kesal.
“iya iya udah beres
kok” dengan wajah polosnya pun Sani menjawab.
“hore! kita udah
lengkap nih saatnya kita berangkat. Cuss!” terlihat Rena sangat senang yang
bergebu-bergebu seakan-akan menghilangkan sifat sedihnya sesaat.
“iya, tapi jangan lupa
berdoa dulu biar hari ini kita dapat ilmu yang bermanfaat dan kelancaran di
jalan ataupun saat kuliah nanti” sahut Susi dengan perkataan yang sejuknya
membuat mereka semua berdoa bersama-sama.
Sesampainya di kelas,
kejadian yang belum pernah mereka alami sebelumnya kita mereka harus hadapi. Disaat seseorang
yang rajin akan ketepatan waktu berangkat ke kelas terlambat, maka disaat
itulah akan terlihat wajah yang bersipu malu dengan ketawaan teman sekelas yang
sangat gembira sekali diatas penderitaan orang lain. Itulah yang dialami Sani,
Rita, Susi, dan Rena. Padahal jarak asrama dan kampusnya itu tidak terlalu jauh
dengan berjalan kaki pun hanya 10 menit. Akan tetapi, dosen ‘Si Senstif’ tidak
memberikan toleransi bagi yang datang terlambat dan dia tergolong dosen datang
tepat waktu sehingga tidak heran jika ada mahasiswanya yang datang terlambat
dia memberinya konsekuensi.
Terlihat kepanikan dari
wajah Sani dan teman-temannya. Rita yang merupakan teman terbawelnya kini
terlihat murung dan berwajah merah saat memasuki kelas Fisika tersebut. Pintu
kelas pun mereka buka sambil mengucapkan salam dan terlihat di tampilan
proyektor sudah tertera “KINEMATIKA” yang merupakan materi kuliah hari itu.
“assalamualaykum?”
ucapan salam pun muncul dari Sani dan teman-temannya yang terlihat wajah merah
semerah kerudung Sani.
“walaykumussalam”
serentak para mahasiswa, mahasiswi, dan dosen pun menjawab salam mereka.
“kenapa kalian
terlambat? Biasanya kalian rajin-rajin” tanya pak ‘Sensitif’ kepada mereka
dengan rasa heran. Maklum Sani dan teman-temannya merupakan mahasiswi yang berprestasi
dan selalu tepat waktu bila datang ke kelas malahan 20 menit sebelum masuk
mereka sudah di kelas.
“Maaf pak, kami semalam
tidur terlalu larut karena mengerjakan tugas Fisika dari bapak. Jadi setelah
shalat subuh kami ketiduran sampai jam enam lebih” jawab Susi terbata-bata
dengan cemas dan grogi karena takut dikeluarkan dari kelas. Apalagi Sani yang
merasa was-was akan doa Rita saat malam lalu terkabulkan saat ini.
“karena alasan
keterlambatan kalian tidak dapat diterima maka kalian harus mengumpulkan tugas
fisika dengan catatan harus benar semua jika ada yang salah satu nomor saja
maka kalian tidak boleh ikut mata kuliah hari ini” Pak Samri sang ‘Sensitif’
pun memberikan penegasan hukuman kepada mereka karena keterlambatan yang Sani
dan teman-temannya lakukan itu adalah tindakan malas mengerjakan tugas dihari
sebelum-sebelumnya. Itulah balasan bagi orang yang malas.
“janganlah kamu bermalas-malasan jika tidak ingin dapat batunya dan
janganlah kamu jadi orang malas karena kemalasan tidak akan mendapatkan
kebahagiaan”
Akan tetapi, Allah SWT
menunjukkan kebesarannya dengan memberikan sebuah kecerdasan seorang teman yang
mampu menyelamatkan teman-temanya dari suatu keterpurukan. Disaat seorang
muslimah yang solehah cemas kemudian
berubah menjadi takut maka Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada hamba-Nya
disaat kena musibah. Disinilah mereka mendapat pertolongan dari-Nya.
Lembar-perlembar Pak
Samli mengecek jawaban tugas kelompok mereka. Dengan sebuah jari yang penuh
dengan batu berpola dan berwarna, memberikan sebuah ciri khas sendiri membuat
warna warni di tangan yang kadang jika kurang iman maka akan berubah menjadi
kemusyrikan. Diakhir lembar, Pak Samli terlihat mengeluarkan senyuman yang
belum pernah mereka lihat atau mungkin mahasiswa di kelas tersebut belum pernah
lihat juga. Inilah yang membuat Sani dan teman-temannya terlihat heran dengan
senyuman yang keluar dari Pak Samli.
“bagus” keluarlah
ucapan dari Pak Samri dengan terlihat senyumannya yang ada sesuatu di balik
itu.
“bagus kenapa pak?”
Rita yang tadinya terlihat ketakutan sekarang ketakutan itu mulai menghilang
dan berubah menjadi keanehan dari Pak Sensitif.
“hari ini kalian
beruntung tidak keluar dari kelas ini. Dari sekian tugas yang bapak lihat hanya
tugas ini yang sempurna dari coretan balpoin merah bapak” jawab Pak Samri
dengan memberikan sebuah tanda yang kelihatannya baik.
“jadi itu maksudnya apa
pak?” Rena dengan suara lembutnya dan terlihat pipi merah karena ketakutan
campur kebingungan mencoba bertanya kepada Pak Samri padahal teman-temannya dari
tadi sudah mulai tahu maksud dari Pak Samri, hanya saja mereka masih dikerumuni
rasa takut sehingga tidak berani berbicara atau mencegah pertanyaan Rena.
“tugas kalian benar
semua dan sempurna tidak ada kesalahan satupun dan bapak sepertinya tahu
tulisan jawaban dari nomor empat sampai nomor sepuluh. Ini pasti jawaban orang
yang telah mengikuti Olimpiade Fisika Internasional ya? Sehingga jawaban kalian perfect” jawab Pak Samri dengan rasa
kagung akan hasil jawabannya.
“Alhamdulillah! terima
kasih pak” sahut Sani dengan teman-temannya dengan senyuman yang manis.
Memang benar yang
dikatakan Pak Samri mengenai mahasiswi yang pernah menjadi juara di olimpiade
fisika internasional, mahasiswa itu adalah Sani Kantini yang ketika dipilih
untuk menjadi perwakilan olimpiade dia jarang pernah ikut pendalaman materi
dengan dosennya dan jarang belajar pula saat di asrama. Akan tetapi, Sani
orangnya cerdas dan jenius sehingga dia jadi juara terbaik di Olimpiade
Internasional Fisika Beijing. Itulah yang menyebabkan dia dipanggil ‘Ikan Asem’
yaitu Sani Kartini si Anak Cerdas tapi Pemalas. Akhirnya, mereka berempat pun
dapat mengikuti mata kuliah fisika sampai selesai dan disaat mereka berempat
mau duduk, teman-teman sekelas mereka memberikan applause sehingga perasaan mereka seketika yang awalnya diselimuti
oleh sebuah kecemasan tingkat luar biasa kini selimut itu lepas dan diganti
dengan selimut kebahagiaan tingkat super luar biasa. Berkat kerjasama merekalah sebuah masalah dapat terselesaikan. Berkat
saling kepercayaanlah yang membuat mereka menjadi yakin. Berkat saling
pengertianlah membuat persahabatan mereka semakin harmonis dan berkat doalah
yang membuat mereka diselamatkan dari keterpurukkan.
SELESAI