Sabtu, 11 Juli 2020

LEGEND OF IKAN ASEM


Perasaan cemas adalah hal yang sangat mengganggu ketenangan seseorang apalagi perasaan tersebut telah menjadi perasaan menakutkan. Takut akan suatu hal yang awalnya kita ketahui, tapi karena sifat seorang manusia yang pemalas membuat hal tersebut menjadi buta dan enggan tuk dilakukan sehingga rasa takut berubah menjadi ketegangan yang berakibat kegagalan. Namun, semua itu dapat berubah.

Hari itu angin sejuk mulai menghampiri pada seorang wanita yang berwajah polos, berkaca mata, dan bermurah hati. Panggil saja dia Sani karena kepolosan dan kebaikan hatinya dia menjadi orang yang cerdas tapi pemalas sehingga dia sering disebut oleh temannya “Ikan Asem”. Kok bisa ? next.

 Sebuah kampus megah yang bernuansa islami dan dikelilingi dengan banyak pohon ciptaan sang Illahi membuat hari itu semakin ceria dan semangat dalam menghadapi lika-liku hidup di dunia ini. Waktu pun telah menunjukan pukul 07.00 itu tandanya aktivitas seseorang dimulai. Kembali ke belakang sejenak. Malam itu Sani diajak sahabatnya yang beraneka ragam karakter, ada yang bawel, pencemas, dan ada satu lagi temannya yang unik yaitu si sedih untuk mengerjakan tugas kelompok fisika. Jika dilihat kembali karakteristik sahabatnya, semuanya itu aneh-aneh meskipun tidak terlalu aneh sih. Setidaknya mempunyai karakter unik masing-masing sehingga disebut aneh.

Jam pun menunjukkan pukul 23.00 melebihi jam biologis seseorang untuk beristirahat. Susi yang saat itu mengerjakan tugas praktikum fisikanya harus terhenti karena terjadi kontraversi hampir  sampai terjadi konflik besar antara Rita dan Sani. Susi adalah si pencemas dan Rita adalah si bawel. Keduanya saling bercekcokkan sampai-sampai kamar sebelah pun sudah 4 kali mengetuk pintu kamar mereka karena mendengar teriakan, jeritan, dan barang pecah dari kamar Sani. Memang kampus hijau ini mewajibkan mahasiswanya tinggal di asrama selama satu tahun. Jadi, tidak heran jika terjadi kegaduhan di kamar sebelah membuat kamar sebelahnya lagi penasaran untuk melihat.

 Sifat Rita yang bawel dan Sani dengan rasa malasnya membuat kontraversi dan konflik malam itu dikuasai Rita. Suasananya pun semakin memanas bagaikan air yang baru panas membuat airnya bergejolak. Ternyata tidak pandang bulu ketika seseorang dikuasai oleh hawa nafsu, siapa pun yang menjadi korban baik itu keluarga maupun sahabat akan menjadi pelampiasan dari hawa nafsu tersebut. Itulah akibatnya jika hawa nafsu tidak dapat kita taklukkan maka akan merambat percikannya kepada siapa saja.

“San kerjain tugas fisika yu ?”

“males, nanti aja”

“kenapa sih ketika lo punya tugas selalu menunda-nuda gitu emangnya gak takut kalo tugas lo suatu hari lupa dikerjakan dan saat itu juga dosen menyuruh lo tidak boleh ikut kuliah ?”

 “yaa, santai aja kali rit. Tugas itu gampang, masih lama ini kok. Lagian gak bakalan terjadi juga, kalo aku dikelurakan oleh dosen hanya karena tidak mengerjakan tugas”

“pede banget lo san, emang ya lo itu orangnya cerdas, pinter, jenius. tapi mau sampai kapan lo hanya memendam ilmu itu di otak lo saja. Ini kan tugas kelompok, seharusnya lo bisa sharing ilmu itu kepada kami semua”

Saat itu juga Sani tak menjawab ucapan yang keluar dari mulut Rita dan lebih parahnya lagi dia memasang headset di telinganya seketika Rita semakin marah karena merasa tak dianggap dan disepelekan oleh Sani. Akhirnya, Rita pun berteriak dengan nada tinggi “SANIII!!”. Sani pun tetap menghiraukannya dan Susi yang saat itu sedang mengerjakan tugas fisikanya merasa terganggu.

“berisiiik! kenapa sih kalian berantem gak lihat apa, aku segede ini dan sedang duduk di depan kalian mengerjakan tugas fisika?” memang sih badan Susi itu bisa dibilang ‘seksi berlebih’ atau gemuk. Dia sering merasa cemas dan takut tidak bisa makan apabila uang jajannya sudah mulai habis di akhir bulan.

“dia nih (nunjuk Sani yang sedang asik mendengarkan musik sundaan, karena hobinya dia mendengarkan musik daerah, khususnya musik sunda) orang yang so pinter tak mau di ajak kompromi egois dan dia tak menganggap gue coba bayangkan gue yang tadi ngasih saran yang baik-baik malah dia hiraukan sakitnya dimana coba Sus disini (nunjuk dadanya) blablalbalblabla..” Tak ada koma ataupun titik dalam ucapan Rita tersebut menandakan bahwa dia itu bawel yang tak ada duanya sampai-sampai Susi yang mendengarkan ucapannya mengambil korek kuping sudah 3 batang karena merasa ada yang mengganjel ditelinganya akibat ucapan Rita. Lima belas menit kemudian Rita pun terlihat merasa kelelahan dan akhirnya dia berhenti berbicara.

“Sebenarnya sih Sani emang udah pinter. Tapi mungkin permasalahan kamu itu mengenai dia adalah Sani kurang bisa diajak kerjasama dalam urusan belajar, dia kurang bisa membagi ilmunya untuk orang lain. Nahh, kita sebaiknya harus bisa membuat Sani mau belajar bareng-bareng sama kita. caranya jangan kaya tadi dimarahi. Kitakan udah lama berteman dari SMP sampai kuliah dan pertemanan itu sering banyak suka dan dukanya, karena kita mempunyai  kesabaran tuk menjaga pertemanan ini tetap langgeng sehingga kita masih diberikkan kesetiaan sahabat oleh Allah SWT. Untuk itu kita harus bersyukur bahwa Sani masih sahabat kita ” dengan wajah yang sejuknya Susi memberikan penjelasan kepada Rita. Tidak heran Susi yang selalu memberikan masukkan kepada sahabatnya menjadi jalan utama menyelesaikan permasalahan diantara sahabatnya. Rita pun akhirnya dingin kembali yang awalnya dikelilingi hawa api pemarah menjadi hawa salju yang dingin.

Sani pun tetap dengan headset di telinga dan handphone ditangannya ketika Rita dan Susi berbicara sehingga dia tidak tahu apa yang dibicarakan kedua temannya itu. Tidak heran jika sani sang penggemar musik sunda membuat apa yang disekelilingnya tidak ada. Dia merasa sedang pentas nyanyi sunda dengan diiringi seruling, gendang, dan lain-lainnya sambil menari jaipong padahal dia hanya tiduran sambil mendengarkan musik yang lama-kelamaan dia ketiduran.

Beberapa saat kemudian Rena “Si Sedih” kembali lagi ke kamar sahabat lamanya setelah beberapa kali dia datang ke kamar sahabatnya itu. Kali ini dia melihatkan sifat khasnya yaitu ketika membuka pintu dia menangis tanpa sebab, Alasannya mungkin karena Rita sebelumnya teriak-teriak sampai terdengar ke kamarnya, karena terjatuh saat mau ke kamar Sani, atau karena kelilipan mata sehingga dia menangis. Kita tidak tahu. next

“Assalamualaykum ?” ucapan salam dari Rena yang terlihat wajah sedih.

“Walaykumussalam” jawab teman-temannya.

”ada apa sih teman-teman ? dari tadi kok kalian ngomongnya keras-keras sampai terdengar ke kamarku. Aku takut kalian berantem lagi, dari tadi tiap aku masuk kamar kalian, kata kalian gak apa-apa”.

“nggak apa apa kok, kami cuma latihan akting aja” sahut Susi yang sedang duduk membelakangi buku tugas fisikanya yang dia tinggalkan setelah memberi nasihat kepada Rita.

“lo kenapa nangis Ren ?” Tanya Rita yang sudah mulai tenang. Biasa kalo anak-anak gaul dari kota, suka menggunakan kata yang kalau dibilang kata tak baku. Akan tetapi, dibalik kegaulannya Rita tersebut tersimpan sebuah kebaikan yang bisa dibilang muslimah sejati yaitu sopan, rajin beribadah, dan rajin sedekah. Hanya saja kelemahannya itu masih kurang mampu mengendalikan hawa nafsunya alias pemarah.

“aku takut kalian berantem sampai menghancurkan persahabatan kita” Rena pun berbicara mengeluarkan kata-katanya dengan sedikit terlihat butiran air mata dari kelopak matanya semakin lama semakin banyak butiran air mata yang keluar tersebut.

“nggak kok santai aja” sambil mengelus pundak Rena yang mendekati Rita saat masuk ke kamarnya.

“terus tadi yang teriak dan ada suara benda pecah itu siapa dan darimana?”

“tadi gue yang teriak ren, tapi kalo yang pecah itu gue gak tahu. Mungkin kucing di kamar sebelah lagi mecahkan piring” ceritanya Rita bercanda supaya Rena tidak menangis atau bisa dibilang menghibur. Tapi balasan dari Rena tak ada reaksi apa-apa. Dia masih sedikit sedih karena takut persahabatan yang dulu terjalin tiba-tiba berantakan. Maklum Rena orangnya selain suka sedih, dia juga mahasiswi termuda. Jadi tak heran jika sifat manjanya masih ada. Niatnya sih Rita mau ngelucu tetapi akhirnya Rena malah gak terhibur.

“oh gitu ya, yaudah aku balik ke kamar dulu lagi ya. Titip salam ke Sani. Assalamualaykum ?” Rena pun balik lagi ke kamarnya tetapi sebelumnya dia titip salam ke Sani karena Rena adalah sahabat yang paling dekat dengan Sani dibandingkan sahabat mereka berdua lainnya. Rena dan Sani bersahabat dari kelas 5 sekolah dasar. Jadi, tidak heran Rena lebih memahami Sani yang sudah mulai bersahabat satu tahun lebih awal dari Susi dan Rita.

“walaykumussalam “ serempak Rita dan Susi menjawab salam dari Rena. Karena mereka seorang muslimah jadi sudah kebiasaan mereka mengawali dan mengakhiri kegiatan atau pertemuan dengan ucapan salam. Ketika kita mengucapkan salam  itu hukumnya sunnah dan menjawabnya itu adalah wajib. Rita pun akhirnya banyak beristigfar dan meminta izin untuk melaksanakan shalat witir dan tobat karena dia merasa bersalah dengan lontaran kata-kata yang telah menyinggung temannya, Sani.

“maaf si, gue mau ke mushola asrama dulu ya. Gue sepertinya akan lebih tenang kalo ke mushola menunaikan shalat malam dan tilawah. Tugasnya selesaikan aja dulu ya punya lo nanti aku salin buat belajar nanti sekalian nanya dimana gue gak ngertinya, bisa kan ?”

“oke! apa sih yang gak bisa buat sahabat ku sendiri. Oh iya ajak sekalian Rena ke mushola biar dia gak sedih lagi”

“siap bu Sus, terima kasih ya emang lo sahabat gue yang terbaik, kalian semua. Duluan ya! Assalamualaykum ?”

“iya sama-sama Rit. Walaykumussalam.”

Perselisihan itu pun selesai sudah Rita yang pemarah kini dapat terkendali lagi dan dia segera pergi ke mushola asrama bersama Rena yang tadi terlihat sedih sampai menangis, supaya mereka berdua mendoakan persahabatannya langgeng sampai tua nanti meskipun akan terbentuk keluarga baru yang memisahkan. Kecemasan Susi akan sahabatnya pun semakin berkurang tetapi kecemasan Susi terhadap tugasnya semakin meningkat. Tugas dari sepuluh soal, tiga diantaranya sudah dijawab dan enamnya lagi belum selesai sehingga itu masih jauh untuk menuju selesai. Susi semakin cemas dan berkeringat dingin karena waktu telah sampai pukul 23.45. waktu tersebut seharusnya Susi sudah tertidur pulas dan tugasnya terselesaikan dengan baik. Tidak ada cara lain, karena sudah larut malam dan sulit bagi orang yang pintarnya itu standar untuk berfikir. Akhirnya, Susi pun membangunkan Sani untuk membantu mengerjakan tugasnya dalam artian bertanya mengenai tugas yang belum Susi ketahui.

“sani! sani! bangun san!” beberapa kali Susi menyebut-nyebut nama Sani sang Ikan Asem itu tetapi tidak ada sahutan pun dari Sani. Setelah Susi melihat-lihat telinga Sani, ternyata headsetnya masih terpakai di telinga Sani.

“Astagfirullah! ini headset masih ditelinganya aja. Pantesan aku panggil-panggil Sani gak bangun” akhirnya Sani yang saat itu tertidur pulas kini dia terbangun oleh Susi yang cemas akan tugas fisikanya belum terselesaikan. Memang tugasnya itu adalah tugas kelompok dan anggotanya itu ketiga temannya. Susi akan tetapi karena kesibukan masing-masing mereka selalu mengerjakannya di malam hari sebelum besoknya dikumpulkan atau bisa disebut SKS (sistem kebut semalam).

“iya ada apa sus” sambil mata masih sedikit tertutup.

“kok aku dibangunkan, udah jam 3 pagi ya ?” memang Sani tidak pernah lupa akan shalat qiyamullailnya yang dia  tekuni dari sekolah dasar sehingga setiap jam 3 Sani selalu terbangun dengan tepat waktu. Jadi, tidak heran jika Sani tiba-tiba bangun malam hari menanyakan jam 3.

“belum San ini baru jam 23.45, bantu aku dong. Aku udah mulai kepentok nih soal tugas fisika, kamu bisa bantu gak ? please bantulah!” dengan wajah melas Susi yang sangat jelas akan kecemasan mandalam mengenai tugasnya takut tidak selesai. Sani pun membantu mengerjakan tugas fisika tersebut dengan cepat. untungnya Susi cepat memahami apa yang dijelaskan si “Ikan Asem” tersebut. Akhirnya, tugasnya pun selesai pada pukul 24.00.

“Nah gitu! Gimana kamu ngerti gak?”

“Ngerti dong, meskipun dikit hhehe” Susi ketawa malu. Di hati Susi terasa lega setelah merasakan kecemasan akan tugasnya yang takut tak terselesaikan malam itu. Ternyata ketika kita mendapat kesusahan karena suatu hal Allah akan memudahkan kesusahan atau kesulitan tersebut menjadi suatu kemudahan darimana pun itu perantaranya. Seperti tercantum dalam Q.S. Asy Syarh 94:5-6

maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

“Udah dulu ya aku mau tidur, takut besok aku bangun kesiangan” penglihatannya pun sudah mulai buram kembali karena Sani merasa ngantuk dan lemas setelah mengerjakan tujuh soal fisika sisa dari pekerjaan Susi.

 

***

Esok yang cerah diwarnai dengan warna langit biru yang menghiasi langit. Berjejer awan-awan yang saling bergandengan menemani burung-burung yang terbang kesana-kemari mencari sebuah mangsa untuk dijadikan santapan di pagi hari. Tidak kalah eksis, pohon-pohon perdu dan bunga-bunga pun menjadi hiasan kampus yang indah. Keindahan itu tidak akan pernah ada dan terjadi jika banyak orang yang tidak bersyukur.

Suara qira’ah dari masjid Al Huriyyah mulai terdengar oleh para mahasiswi yang solehah. Baru kali ini Si Ikan Asam bangun tidak sesui dengan jadwalnya. Dia terbangun pas pukul 04.00 sedangkan teman-temannya sudah satu jam lebih dulu bangun dari tempat peristirahatan mereka. Mereka semua sudah berkumpul di dalam mushola asramanya, ada yang berdzikir, bertilawah, shalat malam, dan shalawatan nabi.

“astagfirullah” Sani yang saat itu tertidur pulas karena sudah mengerjakan tugas kelompoknya bangun secara tiba-tiba sambil mencari-cari kacamatanya karena semalam dia lupa menyimpan kacamata kesayangannya.

“aduh mana lagi kacamataku” sambil meraba-raba ke bawah bantal akhirnya kacamata berbentuk kotak dengan motif modern bergambar batik dia temukan dan langsung dia pergi ke kamar mandi untuk wudhu dan shalat tahajud.

Seiring berjalannya waktu kumandang adzan dari Masjid Alhuriyyah pun mulai terdengar di mushola asrama putri. Lantunan merdu ini merupakan sebuah ajakan untuk melaksanakan ibadah shalat bagi kaum muslimin.

Shalat subuh pun telah mereka lakukan tak hanya shalat saja mereka juga membaca shalawat dan tilawah bersama-sama sambil membuat lingkaran. Akan tetapi, sepuluh menit kemudian mata mereka terlihat kelelahan meskipun mereka berusaha untuk tetap melek membaca ayat suci Al Quran apa daya rasa lelah akibat tidur kemalaman membuat mereka tertidur di mushola.

Waktu semakin lama semakin berlalu. Cuaca fajar yang dingin pun kini berubah menjadi fajar menyongsong kehangatan. Pukul 06.15 itu suatu hal mainstream bagi para mahasiswa atau mahasiswi asrama untuk bersiap-siap melaksanakan rutinitas. Tak heran jika antrian panjang di luar kamar mandi sudah menjadi pemandangan asrama putri tiap hari karena kamar mandi di asrama tersebut hanya berjumlah 4 kamar dan jumlah mahasiswinya lebih dari 800 orang. Wow!

“San, Rit bangun. Susi bangun udah jam enam lewat nih” dengan suara lembutnya Rena membangunkan ketiga temannya yang terlihat tidur dengan pulas. Rena merupakan orang yang sudah menaklukkan jam biologisnya sehingga ketika dia ingin bangun jam tertentu maka dia akan terbangun pada jam tersebut dan sebelum tertidur saat itu dia sudah mengatur alarmnya bangun jam enam. Itulah yang menyebabkan Rena dapat membangunkan ketiga temannya.

Akhirnya mereka pun terbangun, untungnya lagi mereka tidak perlu takut akan bau badan dan lengket ke kampus akibat belum mandi apalagi pagi itu dosen yang mengajarnya adalah ‘Si Sensitif’. Sebelum subuh mereka sudah mandi terlebih dulu sebelum para akhwat-akhwat asrama lain mandi duluan. Setelah itu, mereka segera bergegas berangkat ke kelas terlihat wajah mereka yang was-was dan cemas akan tugas yang dikerjakan setengah sebelas malam. Akhirnya, mereka ganti pakaian rapi dengan kerudung modern islami syar’i sehingga keindahan seperti terpancar di wajah mereka mengalahkan  indahnya pesona pegunungan di pagi hari. Hhmm indahnya! subhanalloh!

“San cepetan, udah jam 07.25 nih. Kita nanti terlambah lagi” sahut Susi kepada Sani yang dari 30 menit sebelumnya terus merapikan kerudung berwarna merah itu.

“iya sabar, bentar lagi kok” balas Sani dengan lembut hati.

“yaelah, ribet banget deh lo San pake kerudung aja lama apalagi pake baju sepertinya akan butuh waktu satu hari” potong Rita yang terlihat kesal.

“iya iya udah beres kok” dengan wajah polosnya pun Sani menjawab.

“hore! kita udah lengkap nih saatnya kita berangkat. Cuss!” terlihat Rena sangat senang yang bergebu-bergebu seakan-akan menghilangkan sifat sedihnya sesaat.

“iya, tapi jangan lupa berdoa dulu biar hari ini kita dapat ilmu yang bermanfaat dan kelancaran di jalan ataupun saat kuliah nanti” sahut Susi dengan perkataan yang sejuknya membuat mereka semua berdoa bersama-sama.

Sesampainya di kelas, kejadian yang belum pernah mereka alami sebelumnya  kita mereka harus hadapi. Disaat seseorang yang rajin akan ketepatan waktu berangkat ke kelas terlambat, maka disaat itulah akan terlihat wajah yang bersipu malu dengan ketawaan teman sekelas yang sangat gembira sekali diatas penderitaan orang lain. Itulah yang dialami Sani, Rita, Susi, dan Rena. Padahal jarak asrama dan kampusnya itu tidak terlalu jauh dengan berjalan kaki pun hanya 10 menit. Akan tetapi, dosen ‘Si Senstif’ tidak memberikan toleransi bagi yang datang terlambat dan dia tergolong dosen datang tepat waktu sehingga tidak heran jika ada mahasiswanya yang datang terlambat dia memberinya konsekuensi.

Terlihat kepanikan dari wajah Sani dan teman-temannya. Rita yang merupakan teman terbawelnya kini terlihat murung dan berwajah merah saat memasuki kelas Fisika tersebut. Pintu kelas pun mereka buka sambil mengucapkan salam dan terlihat di tampilan proyektor sudah tertera “KINEMATIKA” yang merupakan materi kuliah hari itu.

“assalamualaykum?” ucapan salam pun muncul dari Sani dan teman-temannya yang terlihat wajah merah semerah kerudung Sani.

“walaykumussalam” serentak para mahasiswa, mahasiswi, dan dosen pun menjawab salam mereka.

“kenapa kalian terlambat? Biasanya kalian rajin-rajin” tanya pak ‘Sensitif’ kepada mereka dengan rasa heran. Maklum Sani dan teman-temannya merupakan mahasiswi yang berprestasi dan selalu tepat waktu bila datang ke kelas malahan 20 menit sebelum masuk mereka sudah di kelas.

“Maaf pak, kami semalam tidur terlalu larut karena mengerjakan tugas Fisika dari bapak. Jadi setelah shalat subuh kami ketiduran sampai jam enam lebih” jawab Susi terbata-bata dengan cemas dan grogi karena takut dikeluarkan dari kelas. Apalagi Sani yang merasa was-was akan doa Rita saat malam lalu terkabulkan saat ini.

“karena alasan keterlambatan kalian tidak dapat diterima maka kalian harus mengumpulkan tugas fisika dengan catatan harus benar semua jika ada yang salah satu nomor saja maka kalian tidak boleh ikut mata kuliah hari ini” Pak Samri sang ‘Sensitif’ pun memberikan penegasan hukuman kepada mereka karena keterlambatan yang Sani dan teman-temannya lakukan itu adalah tindakan malas mengerjakan tugas dihari sebelum-sebelumnya. Itulah balasan bagi orang yang malas.

janganlah kamu bermalas-malasan jika tidak ingin dapat batunya dan janganlah kamu jadi orang malas karena kemalasan tidak akan mendapatkan kebahagiaan”

Akan tetapi, Allah SWT menunjukkan kebesarannya dengan memberikan sebuah kecerdasan seorang teman yang mampu menyelamatkan teman-temanya dari suatu keterpurukan. Disaat seorang muslimah yang solehah  cemas kemudian berubah menjadi takut maka Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada hamba-Nya disaat kena musibah. Disinilah mereka mendapat pertolongan dari-Nya.

Lembar-perlembar Pak Samli mengecek jawaban tugas kelompok mereka. Dengan sebuah jari yang penuh dengan batu berpola dan berwarna, memberikan sebuah ciri khas sendiri membuat warna warni di tangan yang kadang jika kurang iman maka akan berubah menjadi kemusyrikan. Diakhir lembar, Pak Samli terlihat mengeluarkan senyuman yang belum pernah mereka lihat atau mungkin mahasiswa di kelas tersebut belum pernah lihat juga. Inilah yang membuat Sani dan teman-temannya terlihat heran dengan senyuman yang keluar dari Pak Samli.

“bagus” keluarlah ucapan dari Pak Samri dengan terlihat senyumannya yang ada sesuatu di balik itu.

“bagus kenapa pak?” Rita yang tadinya terlihat ketakutan sekarang ketakutan itu mulai menghilang dan berubah menjadi keanehan dari Pak Sensitif.

“hari ini kalian beruntung tidak keluar dari kelas ini. Dari sekian tugas yang bapak lihat hanya tugas ini yang sempurna dari coretan balpoin merah bapak” jawab Pak Samri dengan memberikan sebuah tanda yang kelihatannya baik.

“jadi itu maksudnya apa pak?” Rena dengan suara lembutnya dan terlihat pipi merah karena ketakutan campur kebingungan mencoba bertanya kepada Pak Samri padahal teman-temannya dari tadi sudah mulai tahu maksud dari Pak Samri, hanya saja mereka masih dikerumuni rasa takut sehingga tidak berani berbicara atau mencegah pertanyaan Rena.

“tugas kalian benar semua dan sempurna tidak ada kesalahan satupun dan bapak sepertinya tahu tulisan jawaban dari nomor empat sampai nomor sepuluh. Ini pasti jawaban orang yang telah mengikuti Olimpiade Fisika Internasional ya? Sehingga jawaban kalian perfect” jawab Pak Samri dengan rasa kagung akan hasil jawabannya.

“Alhamdulillah! terima kasih pak” sahut Sani dengan teman-temannya dengan senyuman yang manis.

Memang benar yang dikatakan Pak Samri mengenai mahasiswi yang pernah menjadi juara di olimpiade fisika internasional, mahasiswa itu adalah Sani Kantini yang ketika dipilih untuk menjadi perwakilan olimpiade dia jarang pernah ikut pendalaman materi dengan dosennya dan jarang belajar pula saat di asrama. Akan tetapi, Sani orangnya cerdas dan jenius sehingga dia jadi juara terbaik di Olimpiade Internasional Fisika Beijing. Itulah yang menyebabkan dia dipanggil ‘Ikan Asem’ yaitu Sani Kartini si Anak Cerdas tapi Pemalas. Akhirnya, mereka berempat pun dapat mengikuti mata kuliah fisika sampai selesai dan disaat mereka berempat mau duduk, teman-teman sekelas mereka memberikan applause sehingga perasaan mereka seketika yang awalnya diselimuti oleh sebuah kecemasan tingkat luar biasa kini selimut itu lepas dan diganti dengan selimut kebahagiaan tingkat super luar biasa. Berkat kerjasama merekalah sebuah masalah dapat terselesaikan. Berkat saling kepercayaanlah yang membuat mereka menjadi yakin. Berkat saling pengertianlah membuat persahabatan mereka semakin harmonis dan berkat doalah yang membuat mereka diselamatkan dari keterpurukkan.

 

SELESAI