Di
bukit itu kulihat kau berjalan
Bersama
hembusan angin yang tenang dan damai
Pakaianmu
terlihat begitu anggun dan menawan
Anggun
akan pakaian surga yang mulai memancar di dunia
Penuh
rasa dan cinta saat kulihat
Rasa
bahagia karena iman dan cinta karena Allah Subhana wata’ala
Hari-hari ku tak seindah teman-teman
di tepian kota. Setiap hari berjalan menyusuri desa dan perumahan yang begitu
indah. Namun semua itu kini patut ku syukuri, kuliah di salah satu perguruan
tinggi terkenal menjadikanku banyak akan ilmu, teman, dan keluarga baru. Senang
jika ku rasakan ini. Jika teringat ibu, seakan akan aku terpaut untuk selalu
banyak bersyukur. Karena ibu adalah motivasi terbesarku untuk sukses. Selain
itu, mungkin benar apa yang dikatakan Alloh Subhana wata’ala dalam Q.S.Ar
Rahman, “nikmat mana lagi yang kamu dustakan”. Iya seharusnya sudah
jelas tidak usah ada keraguan lagi soal nikmat yang Alloh berikan.
Aku
lahir di sebuah desa yang amat jauh dari kota. Sesekali ku melihat kota
saat diajak ibu ke pasar. Itu juga satu bulan sekali kadang saat hari-hari
tertentu seperti saat akan ada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tidak terasa
waktu begitu menelan masa mudaku. Hingga saat ini ku telah melewati masa remaja
dan menjadi seorang pemuda. Waktu begitu cepat berjalan akan tetapi kenangan
begitu lambat kadang sulit untuk dilupakan. Mungkin itu salah satu bedanya
waktu dengan kenangan.
Kenangan ku sangat berarti untukku.
Mungkin sama bagimu juga. Kadang kita selalu ingin kembali ke masa dimana
kenangan itu lahir. Tapi itu rumit. Waktu berjalan ke depan dan tak akan mampu
kembali ke belakang. Sedikit ku bercerita masa-masa remaja ku dulu. Seorang
anak tunggal yang jarang sekali pergi jauh dari desanya selalu menjadi sorotan
warga di desa itu. Mulai dari prilakunya sehari-hari sampai prestasi yang dia
dapatkan di sekolahnya. Menakjubkan jika aku bayangkan pada masa itu. Seorang
anak dari keturunan ibu dan ayah yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), tak
menjadi halangan untuk terus berprestasi bagi diri sendiri, orang tua, dan
semuanya. Selalu ku bersyukur kepada Allah atas apa yang aku telah dapatkan.
Tak kenal lelah untuk terus berusaha meminta pertolongan-Nya di saat suka dan
duka. Jika ku bayangkan mungkin aku sukses di bidang ini karena-Nya akan tetapi
aku masih kurang handal di bidang lain. Bidang lain?. Iya bidang yang berkaitan
dengan asmara atau yang berkaitan dengan hati. Sulit sekali aku lakukan,
mungkin karena kemampuanku berbicara yang selalu gugup bila ketemu perempuan
yang aku sukai. Sebenarnya masa-masa ABG ku di mulai saat kelas 6 sekolah dasar
atau saat dimana virus merah jambu (VMJ) mulai menyerangku. Sungguh terasa
manis dan sepat jika kurasakan virus ini. Entah kenapa virus ini sungguh sulit
aku hapuskan dan aku obati. Mungkin hanya tidur yang mampu mengobati virus ini.
Itu juga hanya sementara. Iya begitulah saat umurku menginjak 13 tahun, aku
sudah mengenal yang namanya ‘cinta monyet’. Dan aku merasakan penyakit itu
(cinta monyet) akibat dari VMJ. Ibarat penyakit AIDS karena virus HIV, kurang
lebih seperti itulah penyakit ‘Cinta Monyet’ itu.
Umurku semakin maju bersama
prestasiku yang masih mampu aku pertahankan sampai menginjak sekolah menengah
pertama (SMP). Tak ku sangka prestasiku ini masih aku pertahankan, padahal
dengan seorang kompetitor-kompetitor dari berbagai sekolah dasar (SD) yang bisa
dibilang lebih baik dari sekolah dasar ku dulu berkumpul dalam satu kelas. Tapi
itulah kehendak Allah yang terus membantuku untuk berusaha mencapai cita-citaku,
yaitu dimulai dari prestasi yang aku miliki. Oleh karena itu, saat aku
menginjak umur 14 tahun aku selalu memperbanyak ibadah seperti shalat berjamaah
di masjid dan mengaji setiap hari ba’da maghrib. Aku merasakan hal yang luar
biasa dari aktivitas ku sehari-hari karena selalu dibantu-Nya.
Seorang yang bahagia belum tentu dia
bahagia bila dia masih merasakan sebuah penyakit yang akan menimpanya.
Begitulah dengan diriku. Aktivitasku sangatlah indah jika dirasakan. Akan
tetapi, keindahan itu hanya tampak dari luar. Aku masih merasakan ada suatu
penyakit dalam tubuh ini, dan ternyata penyakit itu adalah penyakit virus merah
jambu. Saat aku kelas 3 SMP aku mulai kembali merasakan cinta monyet. Kali
ini ceritanya berbeda saat ku SD dulu. Aku tak menyangka jika seorang perempuan
yang mengungkapkannya terlebih dahulu. Lewat telpon dia mengungkapkan bahwa dia
suka padaku. Subhanllah jika saat ini ada perempuan seperti itu aku ajak
langsung nikah. Tetapi lain halnya pada waktu itu, entah kenapa mungkin ini
pertama kali aku ditembak perempuan atau karena aku suka sama dia juga tapi
intinya mulutku pun mengucapkan hal yang sama kepada perempuan itu. Akhirnya
cerita cinta monyet pertama itu pun di mulai. Setiap malam, setelah ku
mengaji dan shalat isya aku selalu mendatangi rumah neneknya berharap dia
selalu ada di rumah itu dan ternyata selalu ada. Setiap sore, saat aku pergi ke
lapangan sepak bola dia selalu ada disana. Setiap hari libur, aku selalu bermain
bersamanya di lapangan sepak bola itu. Begitulah ceritaku yang jika dibayangkan
sangat membosankan. Tapi menurutku itu sungguh menyenangkan. Terlebih lagi
dengan adanya dia aku masih mampu mempertahankan ibadah dan prestasiku di
sekolah. Sungguh luar biasa. Apakah ini ujian dari Allah untukku. Karena waktu
itu aku tak tahu apa itu “wala taqrabu zinna” dan apa saja proses yang
dapat menuntun kepada haramnya zina. Jika saat itu aku tahu mungkin aku bisa
menjauh segera darinya. Tapi saat itu aku hanya seorang anak laki-laki tunggal
yang polos dan kurang paham tentang agama.
Cerita itu tak mampu bertahan lama.
Seiring dengan berjalannya waktu sebagai seoarang pelajar aku harus lebih fokus
pada sekolah. Setelah aku lulus SMP, aku putus dengan perempuan itu karena
takut aku menyakiti hatinya yang mungkin akan jarang sekali bertemu. Aku
melanjutkan ke sekolah menengah atas (SMA) dan dia masih kelas 3 di SMP ku
dulu. Jarak sekolah SMA ku cukup jauh yaitu 12 km dari rumahku. Semenjak di
SMA, aku masih memikirkannya sampai saat aku kelas 3 aku baru mulai
melupakannya dan kutemukan pengganti dia. Jika ini penyakit kanker mungkin aku
harus sudah mati. Tapi ini penyakit VMJ. Lebih berbahaya jika kita terkena
penyakit ini. Akan tetapi, waktu itu aku tak begitu tahu tentang bahayanya
penyakit ini. Padahal jika aku pikir saat ini, penyakit VMJ sangat berbahaya
karena dapat merusak iman dan menjadikan pikiran terkena nafsu setan. Iya
begitulah saat ku dulu. Aku belum mengenal itu. pacarku saat SMA berbeda saat
waktu SMP ku. Aku yang pertama kali menembaknya dengan sebuah lagu yang pas kalau
aku bilang, lirik lagunya seperti ini
Sebenarnya
aku ingin mengungkapkan rasa
Tapi
mengapa aku selalu tak bisa
Bagaimana
caranya agar diriku bisa tahu
Kalau
aku suka
Suka,
suka sama kamu
(Suka
Sama Kamu – D’Bagindas)
Dan saat itu, aku kasih bunga
untuknya. Wow romantis jika ku bayangkan, aku dan dia jika dipelaminan
melakukan itu. Akan tetapi, itu bukan di pelaminan tetapi di depan ruangan
kelas matematika (hehe gubrak). Disitulah aku mulai kisah cinta monyetku yang kedua.
Kami hanya bertemu setiap hari di sekolah. Saat waktu istirahat tiba aku selalu
mengobrol dengannya. Padahal aku banyak diamnya, karena aku orang yang gugup
kalo dekat dengan orang yang aku sukai. Itulah kekuranganku, aku selalu gugup
didekatnya. Iya gimana lagi di saat hati sudah memilih tapi mulut tak mau
berkata, itu sungguh mengecewakan. Akhirnya tak lama hanya satu bulan aku
bersamanya. Kita akhirnya putus.
Setelah umurku 18 tahun aku
memutuskan untuk kuliah dan Alhamdulillah lolos di perguruan tinggi negeri yang
aku inginkan dengan mendapat 2 beasiswa sekaligus. Sungguh senang sekali hati
ini, meskipun aku tak mendapat 10 besar nilai UN terbaik, ternyata Allah
memberikan hadiah lain untukku yaitu kuliah di salah satu PTN terbaik di
Indonesia. Disanalah aku memulai kembali semuanya dengan mencoba menghindari
virus itu. Fokus kuliah dan mengikuti aktivitas kampus lainnya. Hingga waktu
itu tiba yaitu adanya pembinaan dari salah satu beasiswa yang aku dapati untuk
mengikuti pembinaan di Surabaya selama 9 hari. Disana kami bertemu dengan teman
teman kami yang mendapatkan beasiswa yang sama dari 17 PTN di 15 wilayah di Indonesia.
Waktu terus berputar tidak terasa
sudah 3 hari di Surabaya dengan begitu melelahkan dan menyenangkan semua
kegiatan yang dijalani. Hingga suatu ketika aku melihat ada seorang perempuan
yang subhanallah tak dapat aku jelaskan dengan rinci. Perempuan itu telah
mengetuk pintu hatiku yang sudah lama tertutup. Aku lihat dia dengan jantung
berdebar debar. Sesekali aku berkata pada diri ini, apakah ini jodohku? Apakah
aku harus merasakan VMJ lagi? Apakah aku harus menambah dosa lagi? Apakah ini
ujian dari-Nya?. Entahlah, yang aku rasakan di usia yang terbilang pemuda ini
sungguh menusuk dan ingin memilikinya. Tapi waktu berlalu dengan ilmu baru
telah mengajarkanku untuk bersabar. Saat itu ibadahku masih mampu aku
pertahankan dan setelah melihat perempuan itu aku merasakan bahwa Alloh
subhanawata’ala telah menurunkanmu untuk mengingatkanku akan nikmat dan semakin
bertaqarrub kepada-Nya. Sungguh senang campur sedih di saat aku mampu
melihatnya. Hanya mampu melihat dan tak mampu aku mendekat ataupun berkata.
Jika berpapasan pun aku hanya menundukkan pandangan. Sungguh tak kuasa jika aku
melihat matanya. Saat itulah aku mulai mempelajari bagaimana cinta yang
sesungguhnya. Ku mulai cari referensi dari buku-buku dan ceramah ustadz-ustadz.
Akhirnya aku menemukan bahwa ‘jika aku mencintai seseorang maka curhatkanlah
dan ajaklah Allah dalam cinta itu, maka aku tidak akan pernah merasakan apa
yang namanya kehilangan’. Sungguh luar biasa, jika aku pikir benar juga
dengan apa yang ada dalam kalimat tersebut. Aku pun selalu berdoa dengan
menyebut asma-Nya dan namanya. Berharap keajaiban dari Allah datang kepadaku,
kepada orang yang sedang merasakan cinta monyet ketiga yaitu aku.
Kemudian aku menemukan sebuah penggalan arti dalam Al Quran bahwa ‘perempaun
yang baik untuk laki laki yang, dan perempuan yang buruk untuk laki-laki yang
buruk’. Aku pun semakin tersadar untuk mendapatkan perempuan sebaik dia,
maka aku harus memperbaiki diri lagi. Terus meningkatkan akhlak baik dan ibadah
lebih baik lagi. Akhirnya semenjak aku berpisah dengannya yang belum sempat aku
mengobrol berdua hanya tahu nama dan asalnya saja, aku kembali lagi ke kampus
ku di Jawa Barat. Dan disinilah aku mulai merasakan cinta dalam diam. Aku tahu
ini adalah awal aku untuk hijrah. Hijrahku kini ku mulai dengan mengikuti
organisasi, kajian, dan diskusi tentang keislaman. Aku penuhi hari-hariku
dengan membaca Al Quran dan mendengarkan murrotal di saat senggang. Dan
Alhamdulillah berkat itu aku menjadi ketua umum di Lembaga Dakwah Fakultas di
kampus ku. Aku terus berdoa supaya dipertemukan kembali dengannya. Ayat-ayat
suci pun semakin mudah aku ingat. Dan akhirnya aku mendapat hadiah dari
pendamping asrama ku karena telah tercapai hafalan yang ditargetkannya.
Kini aku hanya berdoa kepada Alloh
berharap sebuah embun suci dari sebrang muncul di kotaku yang indah. Cinta dan
rindu bukanlah hal rumit, karena yang membuat rumit bukan cinta tapi kita.
Cintailah dan rindukanlah Alloh, karena Alloh sang pencemburu. Jika kita
merindukan selain Alloh maka Alloh akan siksa kita dengan kerinduan-kerinduan
yang tak tentu, maka rindukanlah Alloh. Jika kita rindukan Alloh maka Alloh
akan memberikan rindu-rindu yang kita inginkan.
- qun fayakuun -