Rabu, 14 Februari 2018

HIJRAHKU BERSEMI SAAT CINTA MONYET TIGA



Di bukit itu kulihat kau berjalan
Bersama hembusan angin yang tenang dan damai
Pakaianmu terlihat begitu anggun dan menawan
Anggun akan pakaian surga yang mulai memancar di dunia
Penuh rasa dan cinta saat kulihat
Rasa bahagia karena iman dan cinta karena Allah Subhana wata’ala

            Hari-hari ku tak seindah teman-teman di tepian kota. Setiap hari berjalan menyusuri desa dan perumahan yang begitu indah. Namun semua itu kini patut ku syukuri, kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal menjadikanku banyak akan ilmu, teman, dan keluarga baru. Senang jika ku rasakan ini. Jika teringat ibu, seakan akan aku terpaut untuk selalu banyak bersyukur. Karena ibu adalah motivasi terbesarku untuk sukses. Selain itu, mungkin benar apa yang dikatakan Alloh Subhana wata’ala dalam Q.S.Ar Rahman, “nikmat mana lagi yang kamu dustakan”. Iya seharusnya sudah jelas tidak usah ada keraguan lagi soal nikmat yang Alloh berikan.
            Aku  lahir di sebuah desa yang amat jauh dari kota. Sesekali ku melihat kota saat diajak ibu ke pasar. Itu juga satu bulan sekali kadang saat hari-hari tertentu seperti saat akan ada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tidak terasa waktu begitu menelan masa mudaku. Hingga saat ini ku telah melewati masa remaja dan menjadi seorang pemuda. Waktu begitu cepat berjalan akan tetapi kenangan begitu lambat kadang sulit untuk dilupakan. Mungkin itu salah satu bedanya waktu dengan kenangan.
            Kenangan ku sangat berarti untukku. Mungkin sama bagimu juga. Kadang kita selalu ingin kembali ke masa dimana kenangan itu lahir. Tapi itu rumit. Waktu berjalan ke depan dan tak akan mampu kembali ke belakang. Sedikit ku bercerita masa-masa remaja ku dulu. Seorang anak tunggal yang jarang sekali pergi jauh dari desanya selalu menjadi sorotan warga di desa itu. Mulai dari prilakunya sehari-hari sampai prestasi yang dia dapatkan di sekolahnya. Menakjubkan jika aku bayangkan pada masa itu. Seorang anak dari keturunan ibu dan ayah yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), tak menjadi halangan untuk terus berprestasi bagi diri sendiri, orang tua, dan semuanya. Selalu ku bersyukur kepada Allah atas apa yang aku telah dapatkan. Tak kenal lelah untuk terus berusaha meminta pertolongan-Nya di saat suka dan duka. Jika ku bayangkan mungkin aku sukses di bidang ini karena-Nya akan tetapi aku masih kurang handal di bidang lain. Bidang lain?. Iya bidang yang berkaitan dengan asmara atau yang berkaitan dengan hati. Sulit sekali aku lakukan, mungkin karena kemampuanku berbicara yang selalu gugup bila ketemu perempuan yang aku sukai. Sebenarnya masa-masa ABG ku di mulai saat kelas 6 sekolah dasar atau saat dimana virus merah jambu (VMJ) mulai menyerangku. Sungguh terasa manis dan sepat jika kurasakan virus ini. Entah kenapa virus ini sungguh sulit aku hapuskan dan aku obati. Mungkin hanya tidur yang mampu mengobati virus ini. Itu juga hanya sementara. Iya begitulah saat umurku menginjak 13 tahun, aku sudah mengenal yang namanya ‘cinta monyet’. Dan aku merasakan penyakit itu (cinta monyet) akibat dari VMJ. Ibarat penyakit AIDS karena virus HIV, kurang lebih seperti itulah penyakit ‘Cinta Monyet’ itu.
            Umurku semakin maju bersama prestasiku yang masih mampu aku pertahankan sampai menginjak sekolah menengah pertama (SMP). Tak ku sangka prestasiku ini masih aku pertahankan, padahal dengan seorang kompetitor-kompetitor dari  berbagai sekolah dasar (SD) yang bisa dibilang lebih baik dari sekolah dasar ku dulu berkumpul dalam satu kelas. Tapi itulah kehendak Allah yang terus membantuku untuk berusaha mencapai cita-citaku, yaitu dimulai dari prestasi yang aku miliki. Oleh karena itu, saat aku menginjak umur 14 tahun aku selalu memperbanyak ibadah seperti shalat berjamaah di masjid dan mengaji setiap hari ba’da maghrib. Aku merasakan hal yang luar biasa dari aktivitas ku sehari-hari karena selalu dibantu-Nya.
            Seorang yang bahagia belum tentu dia bahagia bila dia masih merasakan sebuah penyakit yang akan menimpanya. Begitulah dengan diriku. Aktivitasku sangatlah indah jika dirasakan. Akan tetapi, keindahan itu hanya tampak dari luar. Aku masih merasakan ada suatu penyakit dalam tubuh ini, dan ternyata penyakit itu adalah penyakit virus merah jambu. Saat aku kelas 3 SMP aku mulai kembali merasakan cinta monyet. Kali ini ceritanya berbeda saat ku SD dulu. Aku tak menyangka jika seorang perempuan yang mengungkapkannya terlebih dahulu. Lewat telpon dia mengungkapkan bahwa dia suka padaku. Subhanllah jika saat ini ada perempuan seperti itu aku ajak langsung nikah. Tetapi lain halnya pada waktu itu, entah kenapa mungkin ini pertama kali aku ditembak perempuan atau karena aku suka sama dia juga tapi intinya mulutku pun mengucapkan hal yang sama kepada perempuan itu. Akhirnya cerita cinta monyet pertama itu pun di mulai. Setiap malam, setelah ku mengaji dan shalat isya aku selalu mendatangi rumah neneknya berharap dia selalu ada di rumah itu dan ternyata selalu ada. Setiap sore, saat aku pergi ke lapangan sepak bola dia selalu ada disana. Setiap hari libur, aku selalu bermain bersamanya di lapangan sepak bola itu. Begitulah ceritaku yang jika dibayangkan sangat membosankan. Tapi menurutku itu sungguh menyenangkan. Terlebih lagi dengan adanya dia aku masih mampu mempertahankan ibadah dan prestasiku di sekolah. Sungguh luar biasa. Apakah ini ujian dari Allah untukku. Karena waktu itu aku tak tahu apa itu “wala taqrabu zinna” dan apa saja proses yang dapat menuntun kepada haramnya zina. Jika saat itu aku tahu mungkin aku bisa menjauh segera darinya. Tapi saat itu aku hanya seorang anak laki-laki tunggal yang polos dan kurang paham tentang agama.
            Cerita itu tak mampu bertahan lama. Seiring dengan berjalannya waktu sebagai seoarang pelajar aku harus lebih fokus pada sekolah. Setelah aku lulus SMP, aku putus dengan perempuan itu karena takut aku menyakiti hatinya yang mungkin akan jarang sekali bertemu. Aku melanjutkan ke sekolah menengah atas (SMA) dan dia masih kelas 3 di SMP ku dulu. Jarak sekolah SMA ku cukup jauh yaitu 12 km dari rumahku. Semenjak di SMA, aku masih memikirkannya sampai saat aku kelas 3 aku baru mulai melupakannya dan kutemukan pengganti dia. Jika ini penyakit kanker mungkin aku harus sudah mati. Tapi ini penyakit VMJ. Lebih berbahaya jika kita terkena penyakit ini. Akan tetapi, waktu itu aku tak begitu tahu tentang bahayanya penyakit ini. Padahal jika aku pikir saat ini, penyakit VMJ sangat berbahaya karena dapat merusak iman dan menjadikan pikiran terkena nafsu setan. Iya begitulah saat ku dulu. Aku belum mengenal itu. pacarku saat SMA berbeda saat waktu SMP ku. Aku yang pertama kali menembaknya dengan sebuah lagu yang pas kalau aku bilang, lirik lagunya seperti ini

Sebenarnya aku ingin mengungkapkan rasa
Tapi mengapa aku selalu tak bisa
Bagaimana caranya agar diriku bisa tahu
Kalau aku suka
Suka, suka sama kamu

(Suka Sama Kamu – D’Bagindas)

            Dan saat itu, aku kasih bunga untuknya. Wow romantis jika ku bayangkan, aku dan dia jika dipelaminan melakukan itu. Akan tetapi, itu bukan di pelaminan tetapi di depan ruangan kelas matematika (hehe gubrak). Disitulah aku mulai kisah cinta monyetku yang kedua. Kami hanya bertemu setiap hari di sekolah. Saat waktu istirahat tiba aku selalu mengobrol dengannya. Padahal aku banyak diamnya, karena aku orang yang gugup kalo dekat dengan orang yang aku sukai. Itulah kekuranganku, aku selalu gugup didekatnya. Iya gimana lagi di saat hati sudah memilih tapi mulut tak mau berkata, itu sungguh mengecewakan. Akhirnya tak lama hanya satu bulan aku bersamanya. Kita akhirnya putus.
            Setelah umurku 18 tahun aku memutuskan untuk kuliah dan Alhamdulillah lolos di perguruan tinggi negeri yang aku inginkan dengan mendapat 2 beasiswa sekaligus. Sungguh senang sekali hati ini, meskipun aku tak mendapat 10 besar nilai UN terbaik, ternyata Allah memberikan hadiah lain untukku yaitu kuliah di salah satu PTN terbaik di Indonesia. Disanalah aku memulai kembali semuanya dengan mencoba menghindari virus itu. Fokus kuliah dan mengikuti aktivitas kampus lainnya. Hingga waktu itu tiba yaitu adanya pembinaan dari salah satu beasiswa yang aku dapati untuk mengikuti pembinaan di Surabaya selama 9 hari. Disana kami bertemu dengan teman teman kami yang mendapatkan beasiswa yang sama dari 17 PTN di 15 wilayah di Indonesia.
            Waktu terus berputar tidak terasa sudah 3 hari di Surabaya dengan begitu melelahkan dan menyenangkan semua kegiatan yang dijalani. Hingga suatu ketika aku melihat ada seorang perempuan yang subhanallah tak dapat aku jelaskan dengan rinci. Perempuan itu telah mengetuk pintu hatiku yang sudah lama tertutup. Aku lihat dia dengan jantung berdebar debar. Sesekali aku berkata pada diri ini, apakah ini jodohku? Apakah aku harus merasakan VMJ lagi? Apakah aku harus menambah dosa lagi? Apakah ini ujian dari-Nya?. Entahlah, yang aku rasakan di usia yang terbilang pemuda ini sungguh menusuk dan ingin memilikinya. Tapi waktu berlalu dengan ilmu baru telah mengajarkanku untuk bersabar. Saat itu ibadahku masih mampu aku pertahankan dan setelah melihat perempuan itu aku merasakan bahwa Alloh subhanawata’ala telah menurunkanmu untuk mengingatkanku akan nikmat dan semakin bertaqarrub kepada-Nya. Sungguh senang campur sedih di saat aku mampu melihatnya. Hanya mampu melihat dan tak mampu aku mendekat ataupun berkata. Jika berpapasan pun aku hanya menundukkan pandangan. Sungguh tak kuasa jika aku melihat matanya. Saat itulah aku mulai mempelajari bagaimana cinta yang sesungguhnya. Ku mulai cari referensi dari buku-buku dan ceramah ustadz-ustadz. Akhirnya aku menemukan bahwa ‘jika aku mencintai seseorang maka curhatkanlah dan ajaklah Allah dalam cinta itu, maka aku tidak akan pernah merasakan apa yang namanya kehilangan’. Sungguh luar biasa, jika aku pikir benar juga dengan apa yang ada dalam kalimat tersebut. Aku pun selalu berdoa dengan menyebut asma-Nya dan namanya. Berharap keajaiban dari Allah datang kepadaku, kepada orang yang sedang merasakan cinta monyet ketiga yaitu aku. Kemudian aku menemukan sebuah penggalan arti dalam Al Quran bahwa ‘perempaun yang baik untuk laki laki yang, dan perempuan yang buruk untuk laki-laki yang buruk’. Aku pun semakin tersadar untuk mendapatkan perempuan sebaik dia, maka aku harus memperbaiki diri lagi. Terus meningkatkan akhlak baik dan ibadah lebih baik lagi. Akhirnya semenjak aku berpisah dengannya yang belum sempat aku mengobrol berdua hanya tahu nama dan asalnya saja, aku kembali lagi ke kampus ku di Jawa Barat. Dan disinilah aku mulai merasakan cinta dalam diam. Aku tahu ini adalah awal aku untuk hijrah. Hijrahku kini ku mulai dengan mengikuti organisasi, kajian, dan diskusi tentang keislaman. Aku penuhi hari-hariku dengan membaca Al Quran dan mendengarkan murrotal di saat senggang. Dan Alhamdulillah berkat itu aku menjadi ketua umum di Lembaga Dakwah Fakultas di kampus ku. Aku terus berdoa supaya dipertemukan kembali dengannya. Ayat-ayat suci pun semakin mudah aku ingat. Dan akhirnya aku mendapat hadiah dari pendamping asrama ku karena telah tercapai hafalan yang ditargetkannya.
            Kini aku hanya berdoa kepada Alloh berharap sebuah embun suci dari sebrang muncul di kotaku yang indah. Cinta dan rindu bukanlah hal rumit, karena yang membuat rumit bukan cinta tapi kita. Cintailah dan rindukanlah Alloh, karena Alloh sang pencemburu. Jika kita merindukan selain Alloh maka Alloh akan siksa kita dengan kerinduan-kerinduan yang tak tentu, maka rindukanlah Alloh. Jika kita rindukan Alloh maka Alloh akan memberikan rindu-rindu yang kita inginkan.

- qun fayakuun -